Frekuensi
sonar yang digunakan militer ditengarai mengganggu kehidupan mamalia
latu terbesar, paus biru. Seperti diketahui, paus menggunakan suara yang
dipantulkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Sistem serupa berupa
sonar, digunakan armada militer untuk navigasi bawah air, mendeteksi
obyek dan berkomunikasi.
Ternyata,
frekuensi sonar ini menghalangi panggilan pasu sehingga memisahkan paus
dari kawanannya. Frekuensi itu juga merusak pendengaran paus. Sinyal
sonar fekuensi menengah ( 1 - 10 kilohertz ) selama ini dituding sebagai
penyebab terdamparnya paus berparuh yang biasa menyelam sangat dalam di
air.
Goldbogen
bekerja di organisasi nonprofit Cascadia Research Collective.
Berdasarkan laporan National Oceanic and Atmospheric Administration (
NOAA ), saat ini diperkirakan ada 5.000 - 12.000 paus biru di dunia.
Studi terbaru ini menunjukkan, sonar bisa membahayakan fauna yang
terancam punah itu.
"
Hasilnya menunjukkan, paparan frekuensi menengah suara buatan manusia
bisa signifikan berisiko bagi upaya memulihkan populasi paus biru yang
terancam punah, " tulis para peneliti dalam jurnal Biology Letters edisi
3 Juli, seperti dikutip Livescience, Kamis ( 4/7 ). Bagaimana pun
mencegah kepunahan paus biru di habitatnya merupakan tantangan
tersendiri para ahli untuk mencari solusi agar mamalia besar ini tidak
punah.
Sumber : Kilas Iptek/Livescience/ICH.
0 komentar