ON LINE

Followers

KERJA KERAS PETAMBANG BELERANG KAWAH IJEN.

Diposting oleh BLOG SEHAT ALAMI Senin, 23 September 2013

Waktu telah menunjukkan  pukul 02.00 dini hari. Serombongan petambang menuju Kawah Ijen dari Pal Tuding, Banyuwangi, Jawa Timur, Juli 2013 lalu. Saat itu hawa dingin Gunung Ijen sudah menyergap para petambang yang bejalan pelan menaiki punggung Gunung Ijen. Tentu saja hawa dingin bercampur suasana gelap sudah akrab dijalani para petambang, karena lokasi inilah sebagai satu-satunya mereka mencari nafkah dengan menambang belerang dari dasar Kawah Gunung Ijen.

Dengan tekad kuat berbekal sarung yang dibalutkan ke muka ala ninja Jepang dan mengenakan jaket seadanya, mereka mulai melangkah dari pos peristirahatan Pal Tuding. Kaki para petambang melangkah pelan menaiki punggung gunung menuju pos Pal Bunder yang berjarak sekitar 2 kilometer. Di pos Pal Bunder yang menjadi pos pemberhentian kedua menuju Kawah Ijen, para petambang  melepaskan lelah sejenak sebelum mulai mendaki lagi menuju bibir Kawah Ijen.


Pemandangan di bibir Kawah Ijen. Nun jauh di bawah sana, asap belerang membubung tertiup angin.
Pemandangan di bibir Kawah Ijen. Nun jauh di bawah sana, asap belerang membubung tertiup angin.
Setelah Pos Pal Bunder perjalanan terus naik  sejauh 2 kilometer sebelum sampai di bibir Kawah Ijen. Sesampainya di pinggir bibir Kawah Ijen, para petambang harus turun menuju kaldera kawah sejauh 800 meter dengan meniti tangga alam berupa tangga batu runcing sebagai pijakan kaki. Pemandangan yang bisa kita saksikan di pinggir bibir Kawah Ijen saat mata tertuju ke dasar kawah, adalah kepulan asap belerang yang keluar dari dasar Kawah Ijen.
Inilah saat para petambang belerang mulai mengambil bongkahan belerang padat yang baru keluar dari lobang cerobong dengan menggunakan linggis dan kapak. Petambang mengincar belerang sebagai sumber penghasilan rumah tangga keluarganya, sementara para turis berasyik masyuk melihat pemandangan indah yang tersaji di dasar Kawah Ijen.  Sejurus bunyi linggis dan hantaman kapak mulai menggema saat alat pemecah bongkahan belerang padat dan keras ini mengenai belerang yang baru saja keluar dari lobang cerobong.
Kawah Ijen terletak di Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso. Untuk mencapai lokasi kawah Ijen, pengunjung bisa naik mobil dari Desa Licin Banyuwangi atau Perkebunan Kopi Sempol di Bondowoso.
Kawah Ijen terletak di Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso. Untuk mencapai lokasi kawah Ijen, pengunjung bisa naik mobil dari Desa Licin Banyuwangi atau Perkebunan Kopi Sempol di Bondowoso. Foto by : Portgas03.
Tumpukan belerang padat yang sudah membeku keras sebelum diangkut petambang keluar dari Kawah Ijen.
Tumpukan belerang padat yang sudah membeku keras sebelum diangkut petambang keluar dari Kawah Ijen.
Api biru dan percikan api merah keluar dari lobang cerobong yang terus menerus meneteskan cairan belerang yang langsung jatuh ke tanah bebatuan di bawahnya. Ditingkahi asap pekat yang keluar dari sumur belerang lalu tertiup angin Gunung Ijen, mulai menjebak para petambang dan turis yang tengah melihat aktivitas para petambang bekerja. Asap pekat itulah yang membuat para petambang berhenti sementara untuk mengambil bongkahan belerang yang telah padat bentuknya.
Sumur tempat cairan belerang menetes lalu mengumpul padat keras sebelum dipecahkan dengan linggis atau kapak.
Sumur tempat cairan belerang menetes lalu mengumpul padat keras. Setelah padat belerang kuning  dipecahkan dengan linggis atau kapak.
 Sekali pikul, petambang mampu mengangkat belerang seberat 60 hingga 70 kilogram.
Sekali pikul, petambang mampu mengangkat belerang seberat 60 hingga 70 kilogram.
Bunyi batuk dari petambang mulai terdengar karena serbuan asap belerang yang menyesakkan dada. Ada petambang yang mulai menghindar dari serbuan asap belerang. " Kalau sudah terjebak asap belerang, petambang mesti berhenti bekerja, " ujar Suadi, salah satu petambang.

Pengalaman bertahun-tahun menambang belerang dari Kawah Ijen tidak membuat petambang kebal dari serbuan asap. Mereka pasti terbatuk-batuk dan menutupi mulut dan hidung dengan masker atau sarung tebal. Para petambang harus segera mengambil pecahan bongkahan belerang sebanyak-banyaknya karena khawatir angin yang berhembus dari segala arah di siang hari, akan menjebaknya dan sulit keluar dari lokasi penambangan belerang.
Seteleh ditimbang di Pos Pal Bunder, petambang melanjutkan perjalanan lewat jalan setapak hingga tiba di Pos Pal Tuding.
Seteleh ditimbang di Pos Pal Bunder, petambang melanjutkan perjalanan lewat jalan setapak hingga tiba di Pos Pal Tuding.
Dengan mengumpulan sisa tenaga yang ada setelah menambang belerang di dasar Kawah Ijen, para petambang harus segera memikul bongkahan belerang yang sudah dimasukkan ke dalam keranjang. Mereka memikul belerang  seberat 60 hingga maksimal 70 kilogram sekali angkat dari dasar Kawah Ijen. Para petambang kembali harus meniti tangga batu naik ke atas hingga mencapai bibir kawah.

Struktur tanah bebatuan  yang labil dan tajam dan menanjak naik, membuat para petambang harus berhati-hati melangkah. Di beberapa titik dalam perjalanan naik kembali ke bibir kawah, terdapat ruang berongga di dinding batu. Tempat favorit inilah menjadi tempat istirahat para petambang untuk melepaskan lelah sejenak sebelum sampai ke bibir kawah di atasnya.

Tempat berongga ini juga dimanfaatkan para petambang untuk menghindar dari senggolan petambang lain yang kebetulan sedang naik, sementara petambang lain sedang dalam perjalanan turun ke dasar kawah. Sesampai di bibir kawah, perjalanan petambang turun gunung  dimulai lagi hingga mencapai pos pemberhentian di Pal Bunder. Di tempat inilah masing-masing petambang menimbang belerangnya yang dihargai Rp 780 per kilogramnya saat ini.
Areal penambangan belerang di dasar Kawah Ijen. Asap belerang pekat sering menerpa para petambang  membuat mereka terbatuk-batuk.
Areal penambangan belerang di dasar Kawah Ijen. Asap belerang pekat sering menerpa para petambang membuat mereka terbatuk-batuk.
Dua kali saya berkunjung ke Kawah Ijen, jalan setapak  naik dan turun tetap sama arahnya. Para petambang kembali meniti jalan setapak dari Pos Pal Bunder hingga tiba kembali di Pos Pal Tuding. Di Pos Pal Tuding inilah para petambang melanjutkan kembali membawa belerangnya hingga ke Tamansari Banyuwangi.

Suasana penambangan belerang di tahun 1989 hingga 2013 barangkali tetap sama nuansanya. Yang membedakan barangkali para penambangnya. Ada yang sudah pensiun, ada pula yang masih bekerja keras menambang belerang. Yang masih saya ingat adalah semangat kerja bapak-bapak penambang ini dalam bekerja menambang belerang dimana saat ini mereka sudah mendapatkan jaminan kerja dari perusahaan yang menambang belerang Kawah Ijen.

Sumber Tulisan : Foto Pekan Ini / Bahana Patria Gupta / Library.

0 komentar

Posting Komentar

SOFTWARE PSR.

ARUMSEKAR ON FACE BOOK.

REIKI LIKE

KOTA DAN NEGARA

STATISTIK ALEXA

About Me

Foto saya
Saya adalah manusia biasa seperti Anda juga yang sama-sama mengarungi hidup ini dengan menjalin tali persahabatan.Masih ingin belajar untuk meningkatkan pengetahuan khususnya bidang kesehatan alami. Karena itu saya tertarik belajar REIKI dan dengan REIKI pula saya belajar menyembuhkan diri sendiri dari gangguan penyakit. Namun demikian saya juga berteman dengan kalangan medis yang berprofesi dokter, perawat sekaligus sebagai Praktisi Reiki. Dengan merekalah saya belajar untuk menjadi manusia sehat baik jasmani dan rukhani. Senang melakukan perjalanan dinas karena tuntutan pekerjaan.

Blog Archive

ARUM ON BLOG SPOT COM.