Anda
yang hobi bersepeda tentu akrab dengan angin saat sedang mengayuh
sepeda. Tiada terasa keringat membasahi wajah saat sekian puluh
kilometer jarak yang ditempuh sudah dilewati dengan baik. Ya...bersepeda
mempunyai kenangan tersendiri bagi penggunanya yang karena hobinya ini,
dia rela kepanasan saat cuaca cerah dan kehujanan saat mendung tebal
menurunkan air hujan dari langit.
Tentu
saja angin yang menerpa wajah mempunyai kisah tersendiri dengan sejarah
lahirnya sepeda di dunia ini. Saat sepeda melesat ke depan bersama
angin ketika dikayuh, gowesannya tak menimbulkan suara ketika bergerak.
Mungkin inilah yang menyebabkan sepeda dinamai kereta angin.
Tak banyak yang tahu bahwa sejak versi pertamanya sepeda tidak dikayuh, bahkan tak memiliki pedal. Baru alat transportasi modern dikenal orang sejak ditemukannya roda. Dengan sendirinya roda yang berputar memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain pada sebuah sepeda yang dimuati wadah sebagai tempat menaruh barang.
Roda
yang boleh disebut sebagai pengganti binatang seperti kuda, gajah,
sapi, unta dan lain sebagainya disebut sebagai kendaraan karena berputar
yang memindahkan benda bergeser dari satu tempat ke tempat lainnya.
Untuk itulah sepeda sebagai kendaraan yang pertama kali dibuat setelah
manusia mengenal roda. Miturut rujukan dari Ensiklopedia Kolumbia,
sepeda pertama dibuat di Perancis pada 1791.
Roda
depannya dibuat dalam posisi paten dan tidak berpedal sehingga hanya
dapat bergerak maju jika pengemudinya menggerakkan kaki ke depan. Sepeda
ini dikenal dengan velocipede dan pada 1817, Baron
Karls Drais von Sauerbronn, mahasiswa matematika dan mekanik di
Heidelberg, menyempurnakannya velocipeda hingga mempunyai mekanisme
kemudi pada bagian roda depan. Sepeda ini kemudian dikenal dengan
Draisienne atau hobby horse ( sepeda kuda-kudaan ) karena bentuknya yang
mendua, perpaduan sepeda dan kereta kuda.
Sepeda
berpedal pertama diciptakan seorang pandai besi dari Skotlandia,
Kirkpatrick Macmillan, pada 1839. Sepeda ini menjadi inovasi meski
bentuknya masih janggal karena roda depan terlalu besar dan roda
belakangnya kecil. Dibutuhkan keterampilan seorang akrobatik untuk
mengendarainya.
Pada
1855, Ernest Michaux tercatat sebagai penemu pemberat engkol yang
menstabilkan laju sepeda. Selanjutnya perkembangan dalam penemuan sepeda
menjadi pesat pada 1860 an, seiring terbukanya pasar Inggris dan
Amerika. Jeruji kawat dan roda dari karet diciptakan pada masa ini.
Kemajuan lainnya adalah penemuan lampu dan rem.
Pada
saat itu, lampu berupa lilin dalam kotak kecil yang diletakkan di
setang menambah keren penampilan sepeda. Sementara rem berupa sepatu
dikenal dengan istilah rem sepatu. Sepatu digunakan untuk melambatkan
laju roda dengan menarik sebuah tali di setang.
Penyambungan
besi dan penemuan karet untuk ban yang berkembang setelahnya, makin
memperkokoh sepeda sebagai alat transportasi yang potensial. Dua
dasawarsa kemudian, sepeda sudah menemukan bentuk yang menyerupai sepeda
yang kita kenal sekarang dan lebih nyaman dikendarai. Sejak saat itu,
berbagai merek sepeda dari Eropa, China dan Jepang pun bermunculan dan
produknya dinikmati pecinta sepeda ataupun masyarakat umum dalam
menjalankan aktivitas sehat sehari-hari di atas sadel sepeda.
Sumber : Ragam/Tips/ ( * NOV ).
0 komentar