Mimpi
Joe Barbera ( 60 ) sepanjang hidupnya adalah terbang di udara sambil
duduk di kursi tamannya. Mimpi itu telah diwujudkan akhir pekan lalu
meski tidak berakhir seperti yang direncanakannya. Alih-alih mencapai
jarak 430 kilometer dan mendarat di Oregon, pensiunan insinyur asal La
Center, Washington, Amerika Serikat itu terdampar di pucuk pohon
setinggi 12 meter di kerimbunan Hutan Nasional Giffort Pinchot. " Saya
memimpikan ini bertahun-tahun. Sedikit-demi sedikit, saya mengerjakan
detailnya, " ujarnya sumigrah.
Barbera
membangun landasan dari kayu lapis dan meletakkan kursi taman di
atasnya. Sebanyak 80 balon helium beraneka ukuran diikatkan pada
landasan itu saat Barbera lepas landas dari halaman rumahnya. Semula,
Barbera menyiapkan tabung oksigen, kamera dan perlengkapan lain untuk
dibawa. Namun, berbagai peralatan itu harus ditinggal karena terlalu
berat.
Banyak
balon yang cacat sehingga kami harus membuangnya agar bisa mengudara.
Sepatu, makanan dan penyeimbang yang dikontrol kumputer semua ditinggal.
Praktis Barbera harus terbang bersama kursi tamannya saja, " ujar Kevin
Cyrus, rekan Barbera.
Tanpa
beban tambahan, 80 balon itu membawa Barbera hingga ketinggian 6.400
meter, jauh lebih tinggi dari yang direncanakan. Pria berjanggut lebat
itu lalu memecahkan sejumlah balon untuk mengurangi ketinggian.
Ketinggiannya berkurang, tetapi Barbera harus mendarat darurat di atas
pohon.
Lewat
panggilan radio, tim SAR menemukannya 38 kilometer dari lokasi
keberangkatan. " Petualangan ini tak berjalan sesuai rencana. Yang
penting, dia bisa terbang. Itu yang paling diimpikannya, " ujar Riley,
anak Barbera yang memberi ucapan selamat kepada ayahnya, berhasil
mewujudkan setengah impiannya.
( UPI/WAS ).
0 komentar