Pihak
keluarga kini tidak bakal keberatan jika jenazah kerabatnya diotopsi.
Seorang entrepreneur asal Singapura, Matt Chandran, mulai menyediakan
jasa otopsi digital di Sheffeld, Inggris. Tak ada lagi pisau penyayat (
scalpel ) untuk membedah mayat.
Sebagai
gantinya, saat ini bedah otopsi mayat cukup dilakukan dengan alat
pemindai ( scanner ). Menurut dia, dari 70 juta kematian setiap hari,
sekitar 10 persen perlu diotopsi karena kematian mencurigakan. Tahun
1950 - an di Eropa dan Amerika Serikat lebih dari 60 persen kematian
diotopsi.
Kini
otopsi di Inggris kurang dari 20 persen kematian. Kepala Forensik
Patologi Universitas Patologi di Universitas Leicester Guy Rutty yang
memelopori penggunaan CT scan mengatakan, otopsi digital tak mampu
menetapkan penyebab dan waktu kematian serta deteksi penyakit. Chandran,
pekan lalu, mengatakan, otopsi digital perlu dilengkapi dengan
diagnosis non - invansif, seperti angiografi dan toksikologi.
Reuters / ISW/ Photo : Shutterstock.
0 komentar