Sekitar 30 tahun lalu sebuah terowongan besar dibangun di atas lahan peternakan di Batavia, Illinois, AS. Terowongan yang melingkar sepanjang 6,4 km itu untuk menyangga akselerator partikel raksasa disebut Tevatron, yang memungkinkan para peneliti di FermiLab mengintip struktur partikel -partikel subatomik.
Terkubur dalam tanah untuk menghindari kebocoran radiasi cincin akselerator dari mangnet superkonduktor mempercepat proton dan antiproton, mengarahkan mereka pada tumbukan energi tinggi. Tumbukan tersebut ditangkap oleh detektor khusus yang kemudian memotret partikel-partikel subatomik yang tersebar paska tumbukan. Pemotretan itulah yang memungkinkan para peneliti menganalisis dan mengukur partikel-partikel yang sebetulnya tidak terlihat.
Ketika Tevatron pertama kali diaktifkan pada 1983, muncul kekhawatiran apa yang bakal terjadi ketika perangkat tersebut menghasilkan tumbukan. Sebagian khawatir tumbukan itu dapat menyebabkan kiamat. Akibatnya muncul protes-protes menjelang proyek tersebut dijalankan. Nyatanya dunia tetap berjalan.
Tevatron malah membawa pada serangkaian temuan yang membantu para peneliti memahami interaksi yang rumit tentang materi ( matter ), khususnya terkait pertanyaan tentang terbentuknya alam semesta ( Big Bang ). Pencapaian utama Tevatron adalah tahun 1995 ketika mendeteksi top quark atau penggalan terakhir yang hilang dari sebuah susunan materi.
Terlepas dari kesuksesan Tevatron dan di tengah protes para peneliti, Departeman Energi AS, memutuskan untuk menutup Tevatron pada bulan September dan akan memfokuskan bantuan pada Large Hadron Collider di Geneva, Swiss. Dalam kerjasama dengan CERN ( European Organization for Nuclear Research ), Fermilab membantu rancangan dan pembangunan perangkat penumbuk ( collider ). Meskipun magnet Tevatron tidak lagi digunakan, rekaman data yang telah dihasilkannya akan terus dianalisis dan dipelajari pada masa depan.
Sumber : GeoWeek Kompas.
0 komentar