Dunia hiburan di Amerika Latin kembali berduka setelah bintang penyanyi Cabral tewas ditembak oleh rombongan orang bersenjata yang membuntuti mobilnya dalam perjalanan menuju bandara, Sabtu ( 10/7/11 ). Saat itu ia dalam perjalanan menuju bandara untuk terbang ke daerah terdekat dengan Nikaragua, untuk manggung di pertunjukan selanjutnya. Penyanyi uzur Facundo Cabral ( 74 ) salah seorang bintang musik rakyat Amerika Latin asal Argentina, tewas di Guatemala City. Tiga mobil penuh orang bersenjata menyergap dan menembaki kendaraannya. Kejadian tragis ini menimbulkan kepedihan di seluruh Amerika Selatan. Pihak keamanan mengatakan sasaran sebenarnya adalah promotor konsernya.
Menteri Dalam Negeri Guatemala Carlos Menocal mengatakan, penyanyi dan penulis lagu Argentina ini sedang dalam perjalanan menuju bandara utama Guatemala pada pukul 5.20 waktu setempat ketika dua mobil mengapit kendaraan yang dia naiki, sedangkan mobil ketiga menghalangi dari depan. Berbicara dalam konferensi pers bersama Presiden Alvaro Alvaro Colom, Menocal mengatakan, penyidikan awal menunjukkan, peluru-peluru itu ditembakkan kepada pengemudi mobil tersebut, yaitu promotor Cabral dari Nikaragua bernama Henry Farinas yang cedera.
Polisi mengatakan, Cabral terkena beberapa peluru dan tewas di mobil. Kendaraan pengawal di belakangnya mendapat 25 lubang peluru, tetapi tak seorang pun cedera. Menocal mengatakan, tampaknya lelaki bersenjata tersebut keliru membunuh penyanyi itu karena mengira Cabral adalah Henry Farinas, pengusaha Nikaragua. Presiden Colom menyatakan tiga hari berkabung resmi bagi Cabral bahwa Guatemala akan melakukan penyelidikan teliti.
Cabral lahir dari keluarga miskin pada tahun 1937 di La Plata, Buenos Aires, Argentina. Tahun 1970 dia menjadi bintang gerakan musik protes dan dikenal di dunia internasional, antara lain melalui lagunya No soy de aqui ni alla yang artinya Aku bukan dari sini maupun dari sana. Lagu itu direkam ratusan kali dalam berbagai bahasa.
Saat militer berkuasa di Argentina tahun 1976, Cabral jelas dikenal sebagai seniman yang menyampaikan protes lewat lagunya.Ia melarikan diri ke Meksiko dan terus merekam lagu, menulis buku serta menggelar konser. Cabral kehilangan istri dan putrinya yang berusia satu tahun dalam sebuah kecelakaan pesawat tahun 1978. Konsernya adalah campuran filsafat dan folklor, puisi dan musik yang mencerminkan akar budayanya di pedesaan Argentina. Di atas panggung ia merayakan kebijaksanaan Mahatma Gandhi dan Ibu Teresa, humanisme Walt Whitman serta observasi penulis Argentina, Jorge Luis Borges.
Cabral menghabiskan hidupnya di jalan, hotel dan dengan sahabat-sahabatnya. Ia mengatakan tidak punya rumah. Ia bangga bahwa Unesco menyatakan dirinya sebagai utusan perdamaian internasional pada tahun 1996. Ia tak ingin pensiun. " Saya tidak bisa berhenti.....saya bernapas di jalan....saya senang menyemangati orang dengan kehidupan, " kata Cabral yang ingin mati saat tur konser. Keinginan itu akhirnya terkabul setelah konser terakhirnya, Kamis ( 8/7 ) lalu di Quetzaltenango, 200 km barat Guatemala City.
Sumber : AFP/REUTERS/DI. Photo by AFP.
0 komentar