Para peneliti di Institut Karolinska, Swedia menemukan gen terkait disleksia memiliki fungsi biologi yang mencengangkan, yakni mengontrol silia, tonjolan seperti antena yang digunakan sel untuk berkomunikasi serta berperan dalam perkembangan organ tubuh. Gangguan disleksia diturunkan dan terkait dengan sejumlah gen yang sebagian besar fungsinya belum diketahui.
Penelitian Institut Karolinska dan Universitas Helsinki menunjukkan, salah satu gen, DCDC2, terlibat dalam mengatur sinyal silia di saraf otak. " Hal ini memberikan kemungkinan mekanisme baru neurobiologi bagi disleksia, " kata Prof. Juha Kere yang memimpin penelitian bersama Prof. Eero Castren dari Universitas Helsinki, seperti dikutip Sciencedaily.com, Senin ( 20/06 ).
Hal ini terkait dengan penelitian sebelumnya pada mencit yang menunjukkan, DCDC2 dan dua gen lain terkait dengan disleksia terlibat dalam migrasi sel, sebuah proses di mana sel saraf ke lokasi seharusnya di otak pada masa perkembangan embrionik. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah PLos itu menunjukkan, DCDC2 mengatur panjang silia dan mengaktipkan dua sistem sinyal pada sel, tergantung derajat aktivitas gen.
Sumber di Sciencedaily mengatakan, disfungsi silia dikaitkan dengan sejumlah gangguan kesehatan. Misalnya dari gangguan genetik langka seperti penyakit ginjal, polisistik dan sindrom Kartagener sampai diabetes, obesitas dan skizofrenia.
0 komentar