Kita
punya mulut untuk bicara kepada siapa saja yang kita kenal. Bicara
bisa dilakukan dimana saja, kapan saja dan dalam suasana apa saja.
Pokoknya orang bicara itu bebas dan dijamin undang-undang, asalkan yang
dibicarakan hal-hal yang bermanfaat. Kalau bicara soal gosip yang
sekarang ini lebih banyak menyorot soal korupsi, perselingkuhan sudah
ada ahlinya yang mengurusi.
Kembali
ke masalah mulut yang tidak boleh digunakan, rasanya rada aneh kalau
ada peraturan semacam ini diberlakukan. Apalagi kalau bicara dengan
mulut sendiri sah-sah saja dan tidak ada yang melarang. Justru larangan
bicara ini baru saja diberlakukan kepada pengunjung restoran dimana
dibikin peraturan selama makan di restoran, tamu tidak boleh bicara
kepada lawan bisnisnya.
Alasannya,
banyak restoran lain di saat tamu sedang menikmati makanan diselingi
obrolan yang cukup berisik didengar, sehingga mengganggu orang yang
memang benar-benar menikmati makanan tanpa bicara sepatah kata pun.
Untuk itulah agar suasana hening, tenang, dan nyaman ada di areal tempat
makan, maka setiap hari Jumat dan Sabtu malam, restoran ini menawarkan
menu istimewa berupa makan malam sunyi.
Ini bukan jenis makanan lezat untuk dinikmati akan tetapi berupa paket
keheningan di saat orang sedang menikmati lezatnya makanan di restoran.
Selama
penyajian empat macam makanan secara berturut-turut dihidangkan kepada
tamu selama 1 jam, dilarang berbicara. Jika ada yang melanggar aturan
ini, tamu yang bicara akan disuruh menghabiskan sisa makanannya di
bangku yang ditempatkan diluar restoran. Dengan kata lain jika Anda
sedang makanan di restoran ini, gemar mencampur makanan dan diselingi
bicara, maka di sinilah tempatnya. Lantas, apa enaknya makan di restoran
tanpa bicara ?
Kenapa
restoran ini tidak dikhususkan untuk tamu restoran yang menyandang
predikat tunawicara saja. Untuk pertanyaan iseng ini pihak restoran
tidak mau berdebat menjawab. Intinya, pengelola ingin suasana lain
daripada lain, yaitu dalam sunyi, makanan akan lebih enak disantap
seandainya rongga mulut tidak bicara, tapi mencoba mencecap setiap
jengkal makanan yang masuk ke mulut.
Kalau
begitu pernahkan anda mencoba makanan tanpa bicara? Atau anda sering
bicara saat makan. Coba bandingkan sensasi rasa makanan saat dicecap
antara mulut bicara dengan mulut mingkem saja. Bagaimana rasanya ?
AFP.
0 komentar