Manusia
hidup akhirnya kelak akan mati juga. Jika sudah mati berkalang tanah,
tinggal tulang belulang saja yang tertinggal. Dalam perjalanan waktu
jua, tulang juga rapuh dimakan tanah dan akhirnya lenyap sirna.
Peninggalan
jasad manusia jika sudah mati umumnya yang terlihat adalah tulang
belulang yang dibungkus daging saat manusia masih hidup, termasuk tulang
tengkorak. Jika anda pernah datang ke kawasan Desa Wisata Trunyan di
pinggir Danau Batur, Bali, sisa tulang belulang termasuk tulang
tengkorak bisa anda saksikan, tersusun rapi di pintu gerbang pemakaman
Trunyan. Tidak usah takut melihat susunan tengkorak manusia ini karena
memang sengaja disusun oleh pengurus makam Trunyan sebagai daya tarik
wisatawan yang berkunjung ke Trunyan.
Misterius...sudah
barang tentu bagi orang luar yang datang ke Trunyan. Bagaimana mayat
yang tidak dikubur dalam tanah akan tetapi digetakkan begitu saja di
atas tanah, tidak mengeluarkan bau busuk mayat sama sekali. Hal ini
dikarenakan oleh adanya Pohon Taru Menyan yang ada di makam itu, dan
konon menurut mitos warga Trunyan, bau mayat membusuk akan diserap oleh
Pohon Taru Menyan itu.
Koleksi
tengkorak makam Trunyan tetap terpelihara sekalipun minim dana, akan
tetapi tidak membuat surut turis berkunjung ke daerah ini. Sebaliknya
nun jauh di belahan dunia sana, tepatnya di Philadelphia, sebuah museum
milik Mutter College of Physicians of Philadelphia di Philadelphia
bingung karena kekurangan dana untuk menyelamatkan koleksi tengkorak
manusia. Pasalnya, sebanyak 139 tengkorak yang dikumpulkan oleh ilmuwan
bernama Wina Josef Hyrtl, perlu perawatan mengingat koleksi tengkorak
ini berasal dari abad ke - 19.
Kampanye
museum Philadelphia ini cukup seram untuk menggaet dana masyarakat
yang sudi mendonorkan uangnya. Untuk menjadi donor cukup mudah dengan
cara menyumbangkan uang sebanyak 200 dollar AS untuk setiap tengkorak. "
Sebagai bentuk penghargaan bagi pendonor dan keluarganya akan mendapat
plakat dan foto tengkorak yang mereka sponsori, " ujar kurator Anna
Dhody seperti dilansir kantor berita Reuters ( 12/12 ) .
Tidak
itu saja, nama pendonor akan dipasang di dekat tengkorak bersangkutan
dalam museum. Tentu saja kelak pengunjung bisa membaca nama pendonor
tengkorak abad ke - 19 ini. Kampanye ini diadakan mengingat
tengkorak-tengkorak kuno abad ke - 19 mulai rusak dan butuh perawatan
intensif agar tidak rusak. Anda tertarik jadi donor ?
Reuters / UPI.
0 komentar