Kementerian kesehatan menganjurkan para pengungsi korban letusan Gunung Merapi tetap melakukan aktivitas dan tidak berdiam diri guna mengurangi tingkat kebosanan yang mengakibatkan depressi maupun kecemasan. Saat ini tercatat satu orang bunuh diri dan delapan lainnya mengalami depresi akibat letusan Gunung Merapi yang sudah berlangsung hampir 2 minggu.
Kehilangan materi dan sanak keluarga bukan satu-satunya yang harus ditanggung korban bencana baik banjir bandang di Wasior Papua, Tsunami di Mentawai Sumatera Barat maupun letusan Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah. Trauma atas peristiwa dan kehilangan harta benda dan sanak keluarga tercinta memunculkan masalah baru yaitu depresi bagi korban yang selamat.
Dari tiga lokasi bencana letusan Merapi yang telah memberikan laporan kepada Kementerian Kesehatan, satu orang dinyatakan bunuh diri dan delapan lainnya mengalami depressi gangguan kejiwaan. Tidak tertutup kemungkinan jumlah tesebut akan terus bertambah. Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Bina Pelayanan Medik, Dokter Supriyanto menganjurkan para pengungsi tetap melakukan aktivitas dan tidak berdiam diri guna mengurangi tingkat kebosanan yang mengakibatkan depresi.
Kementerian Kesehatan didampingi tim kesehatan jiwa, psikiater dan psikolog sejak pekan lalu telah melakukan pengawasan bersamaan dengan kegiatan promosi, pre-emtif dan preventif. Kegiatan-kegiatan tersebut akan terus berjalan hingga seluruh permasalahan terselesaikan. Pengungsi korban letusan Gunung Merapi bisa sedikit terhibur. Mereka yang ditampung di Gedung Olah Raga (GOR) mendapat layanan pijat gratis dari para mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
"Pelayanan pijat gratis tersebut untuk mengurangi rasa lelah pengungsi, kebanyakan dari mereka kekurangan istirahat, ada juga yang terpaksa harus berpindah-pindah tempat mengungsi hingga tiga kali, tentunya mereka sangat lelah," kata salah seorang relawan UNY, Prasetyawan, di Yogyakarta, Minggu (7/11/2010). Prasetyawan yang juga mahasiswa Fakultas Olah Raga UNY mengatakan, dirinya dan sebanyak 40 temannya yang memberikan layanan pijat memang dibekali dengan mata kuliah memijat.
"Selain pengungsi, relawan juga mendapat giliran dipijat. Waktunya selang-seling dengan pengungsi, kemarin sudah relawan, hari ini giliran pengungsi," katanya.
Sumber : Warta Dunia/Tribun News/Photo by : Portal Berita.
0 komentar