Punya
anak cerdas dikala balita tentu menggemaskan apalagi jika si anak sudah
menunjukkan aktivitasnya, misalnya suka corat coret di dinding rumah.
Sekalipun coretan gambar itu terlihat kotor pada dinding rumah, orangtua
anak tentu saja dengan senang akan menghapus coretan itu. Sebagai
gantinya jika dia ada waktu luang akan membelikan buku tulis atau buku
gambar, agar hobi corat coret si anak tersalurkan.
Namun
jika si orangtua tidak juga mau membelikan buku gambar, anak akan
melampiaskan hobinya corat coret ke sembarang buku. Ya, kalau buku
gambar atau buku tulis tidak masalah, tapi kalau yang dicorat coret
adalah lembaran paspor sebagai dokumen sah seseorang melakukan
perjalanan lintas negara, tentu urusannya jadi lain. Anak pun tentu
belum tahu kegunaan paspor jika dia coret, apalagi jika foto diri
pemilik paspor turut pula digambari sembarang lukisan.
Coretan pada paspor ternyata dilakukan putranya. Sang bocah rupanya ingin foto ayahnya di paspor punya kumis dan rambut gondrong. Karena itulah sang bocah terpaksa menggambar kumis dan rambut pada foto paspor sang bapak.
Selidik
punya selidik sang bapak ingat, saat berlibur di Seol anaknya merengek
minta buku gambar, akan tetapi karena tengah berlibur, permintaan anak
tidak dikabulkan. Sang bocah pun kesal yang akhirnya melampiaskan hobi
corat coret itu pada foto paspor bapaknya. Sekalipun belum paham arti
peribahasa tak ada rotan akar pun jadi, bocah pun nekat menggambar
kumis dan rambut pada foto paspor bapaknya.
Namanya
juga anak kecil umur empat tahun. Dia belum tahu kalau paspor merupakan
dokumen penting perjalanan yang tidak boleh ditambah sembarang coretan,
apalagi digambar pada foto pemilik paspor. Dengan kata lain, paspor
harus bersih dari coretan terlebih pada foto diri yang menunjukkan wajah
si pemilik paspor.
UPI / AP.
0 komentar