Pada musim semi 2010, lalu lintas penerbangan udara komersial di beberapa wilayah Eropa terganggu selama beberapa pekan oleh ulah letusan gunung berapi Eyjafjoell di Islandia. Erupsi kedua yang terbesar segera memuntahkan debu dan batuan setinggi 9.150 meter ke udara, mengganggu hampir 100.000 penerbangan. Meskipun para ahli gunung berapi sudah memperkirakan terjadinya erupasi Eyjafjoell sejak awal tahun 1800 -an, letusan yang terjadi tahun lalu itu tetap mengejutkan kalangan ahli vulkanologi.
Gunung berapi dekat glasier di selatan Islandia meletus. Letusannya mengakibatkan semburan asap dan debu ke daerah sekitarnya. Minggu (21/03/2010), Pemerintah Islandia mulai mengevakuasi pemukiman warga di sekitar gunung tersebut. Dimulai setahun sebelum letusan, ketika para ahli selama beberapa bulan mengawasi dengan seksama semakin melebarnya panggul gunung, pembengkakan seperti itu menjadi isyarat bahwa erupsi semakin dekat. Awal 2010 kekuatan dan jumlah gempa semakin meningkat sebagai indikasi bahwa magma sedang bergerak memasuki celah-celah di bawah puncak gunung.
Awal Maret 2010 mulai terjadi muntahan magma di pinggiran gunung. Aktivitas ini mengempiskan panggul gunung tetapi sekaligus menyebabkan banjir dan sejumlah evakuasi dilakukan terhadap penduduk yang tinggal di kawasan itu. Beberapa minggu kemudian pinggiran gunung perlahan mengempis dan tekanan pun berkurang. Tim pemantau gunung api menyatakan kondisi gunung Islandia mulai stabil.
Tetapi apa yang terjadi kemudian di luar dugaan para pengamat gunung api Islandia ini. Pada 22 April 2010 setelah dua hari tanpa aktivitas, erupsi kedua berupa letusan besar terjadi di puncak gunung yang tingginya 1600 meter itu. Terbentuk awan panas, magma bercampur gas merupakan materi yang berasal dari kerak bumi yang kemudian bereaksi dengan es, menambah kekuatan dan kedahsyatan letusan gunung itu.
Sebagaimana ditulis GeoWeek dalam situsnya, para ahli masih kesulitan menjelaskan mengapa erupsi yang kedua terjadi begitu dahsyat. Sepertinya ada sistem yang rumit dalam hal penyaluran magma ke kamar-kamar di dalam perut gunung. Akibatnya menyebabkan terjadinya dua jenis erupsi magma dalam peristiwa letusan gunung berapi yang sama yaitu Gunung Eyjafjoell di Islandia.
Perkiraan jangkauan awan abu pada 21 April 2009 setahun sebelum letusan hebat itu terjadi, meliputi kawasan daratan Eropa. Setelah gunung meletus negara yang terkena terpaan abu dan debu vulkanik mencakup daratan Inggris, Madrid, Spanyol, Perancis, Italia, Yunani, Ukrania, Jerman, Belanda, Belgia, Swedia, Norwegia, Finlandia, Rusia dan sejumlah negara di Eropa timur.
Akibatnya maskapai penerbangan di kawasan negara yang terkena limpasan abu vulkanik terpaksa membatalkan sejumlah penerbangan yang mengakibatkan transportasi di kawasan Eropa lumpuh hingga berminggu-minggu. Setelah kondisi normal baru ada satu maskapai penerbangan mulai uji coba penerbangan.
Sumber : GeoWeek Kompas.
0 komentar