Kalangan ilmuwan Kuba menggiatkan riset medis untuk mengembangkan ramuan tradisional racun kalajengking sebagai obat anti kanker. Demikian prolog artikel bersumber dari Garit 7 April 2010. Sumber itu mengatakan Kementerian Kesehatan dan Kalangan Pakar Kuba mengundang peneliti Amerika Serikat dan para pengusaha guna mengembangkan obat yang diyakini dapat mengobati penyakit kanker stadium akhir.
Dalam keterangan pers di Havana Kuba, Dokter Jose Fraga dari Laboratoriom Farmasi dan Biologi Kuba, mengungkapkan racun kalajengking biru dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Dokter Fraga juga telah mendaftarkan obat tradisional Kuba yang dikenal dengan nama Escozul tersebut untuk penjualan internasional. Penelitian terakhir terhadap 8 ribu pasien kanker menunjukkan hasil positip.
Racun kalajengking tidak berbahaya bagi manusia serta tidak menimbulkan efek samping jika diberikan secara oral. Obat tradisional anti nyeri itu sesungguhnya telah digunakan secara luas oleh warga Kuba, namun pertama kali dikembangkan di tahun 1990-an di Provinsi Guantanamo. Effektifitas obat dari racun kalajengking kini semakin meningkatkan penelitian akademis terhadap kalajengking.
Pihak berwenang Brasil juga mengundang peneliti asing untuk bekerja sama dengan Kuba mengembangkan obat anti kanker. Tahun 1998 Badan Pengawas Makanan dan Obat AS (FDA) mengkaji dan menyetujui peredaran tiga obat berbahan dasar racun yakni bisa ular, kalajengking maupun kerang kerucut, yaitu Aggrostatin untuk mengobati angina, Captopril untuk tekanan darah tinggi, Conotoxin untuk anestesi saraf tulang belakang, serta Chlorotoxin untuk pengobatan tumor otak.
Kenapa bisa Kalajengking menjadi obat? Dikisahkan ada seorang gembala India yang kebetulan melihat seekor kalajengking mengambang berputar-putar di air. Ia memutuskan untuk menolong kalajengking itu keluar dengan mengulurkan jarinya.Tetapi kalajengking itu menyengatnya.
Orang itu masih tetap berusaha mengeluarkan kalajengking itu keluar dari air, tetapi binatang itu lagi-lagi menyengat dia. Seorang pejalan kaki yang melihat kejadian itu mendekat dan melarang orang India itu menyelamatkan kalajengking yang terus saja menyengat orang yang mencoba menyelamatkannya.
Tetapi orang India itu berkata, “ Secara alamiah kalajengking itu menyengat. Secara alamiah pula saya mengasihi. Mengapa saya harus melepaskan naluri alamiah saya untuk mengasihi gara-gara kalajengking itu menyengat saya? ” Racun kalajengking ternyata dapat dipakai sebagai pembersih tumor. Para peneliti menggunakan bahan sintetisnya sebagai pembawa yodium yang bersifat radioaktif ke sel-sel tumor otak yang masih tertinggal setelah pembedahan.
Teknik ini telah diuji pada 18 pasien dan percobaan medis masih terus dilakukan. Hasil sementara menunjukkan bahwa peruses pengobatan ini dapat diterima tubuh dan efektif. Analisis menunjukkan bahwa sifat radio aktif akan hilang secara keseluruhan setelah 24 jam zat disuntikkan. Radiasi tersebut juga bekerja disekitar luka operasi saja sehingga tidak merusak sel-sel otak yang sehat.
Bisa dan racun tak selamanya berbahaya. Mekanisme kerja bisa dan racun bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pengobatan. Di antaranya untuk penghilang rasa sakit, pengencer darah, pereda ketegangan otot, antikanker, antimikroba, antikejang bahkan diteliti untuk anti-HIV.
Pemanfaatan bisa dan racun itu dipaparkan oleh Prof. P. Gopalakrishnakone PhD. DSc dari Fakultas Kedokteran National University of Singapore dalam The 2nd National Symposium “The Recent Advances in Critical Care Management of Trauma Cases” yang diselenggarakan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Sabtu (19/7/09) dua tahun silam.
Sumber : Garit/Cuba - Medicine/www.ceritakan.com
0 komentar