Bali memang makin terang benderang namanya disebut warga belahan dunia di luar Indonesia. Tentu saja aura mistiknya selalu mengundang siapa saja untuk datang ke sini. Masih teringat dalam ingatan sehat dengan kundalini reiki tatkala mendapat tugas membuat film dokumenter budaya Masyarakat Trunyan tahun 1988 . Di daerah ini kita bisa melihat dan merasakan suasana mistis ketika kaki melangkah masuk ke areal pekuburan Desa Trunyan di mana mayat manusia dikuburkan di atas tanah tidak ditutupi dan dibiarkan saja membusuk.
Anehnya tidak ada aroma bau busuk mayat menyebar di areal makam ini. Yang ada hanyalah bau daun kering Pohon Tarumenyan yang jatuh berserakan di areal makam ini. Konon menurut cerita masyarakat adat Trunyan, bau mayat membusuk diserap oleh Pohon Tarumenyan sehingga bau busuk tidak menyebar kemana-mana. Itulah salah satu sisi magis dari keberadaan Pohon Taru Menyan yang legendaris itu.
Bali Aga bukan milik masyarakat Trunyan saja yang terkenal akan kuburan Trunyan. Namun Bali masih banyak menyimpan cerita unik lain berkaitan dengan satu kawasan tertentu yang sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan binatang. Tengok saja kawasan Lagoon seluas 30 hektar di kawasan Nusa Dua.
Lagoon saat itu menjadi tempat tinggal persinggahan burung yang terbang lintas benua. Setidaknya ada 77 spesies burung yang mendarat dan tinggal sebentar setelah itu terbang kembali meninggalkan kawasan ini. Menurut Made Mandra, Direktur Utama Bali Tourism Development Corporation ( BTDC ) Lagoon ini sekarang ini juga menjadi tempat tinggal beberapa jenis ikan. " Keberadaan ikan akhirnya mengundang berbagai komunitas burung untuk bermukim dan membuat ekosistem baru di wilayah ini, " katanya.
Kawasan pariwisata berbasis pada alam tampaknya akan diwujudkan di Lagoon ini. Lahan hijau terbuka yang tersisa di Kawasan Nusa Dua dibiarkan terbuka yang dapat diakses masyarakat umum. Dengan dibangunnya fasilitas pengamatan burung untuk pengunjung berupa menara pandang, dengan sendirinya akan membuat pengunjung betah berlama-lama mengamati tingkah polah burung hinggap di dahan pohon. Keunikan satwa lain seperti biawak kecil yang disebut alu pun ada di sini. Banyaknya burung lokal di tambah burung migran tinggal di Lagoon ini mulai dilirik wisatawan domestik dan mancanegara sebagai wisata pengamatan burung atau bird watching.
Pada bulan Oktober hingga November misalnya, dari Lagoon ini kita bisa menikmati dan mengamati burung-burung yang singgah dalam penerbangan mereka dari Siberia menuju belahan bumi Selatan. Karena itulah penerbangan burung ini disebut penerbangan lintas benua. Burung-burung Siberia seperti burung trinil dan cerek cukup banyak. " Kalau sekitar bulan Juni umumnya burung-burung dari Australia seperti jenis kirik-kirik dan cekakak suci terbang dan hinggap tinggal di sini beberapa saat lamanya, " ujar Deni Purwandana, seorang penggiat Komunitas Kokokan Denpasar seraya mengungkapkan Lagoon yang ada di Nusa Dua ini memang menjadi habitat bagus bagi burung-burung lokal dan tempat transit beberapa jenis burung migran.
Kenapa burung memiliki peran penting bagi perkembangan ekosistem? Menurut Inspiratorial Kompas, satwa ini turut membantu penyebaran tumbuhan di suatu daerah. Dalam rantai makanan, posisi burung berada di bagian atas. Burung dianggap juga sensitip terhadap pencemaran lingkungan dan penurunan kualitas makanannya.
Oleh para peneliti burung sering dijadikan indikator untuk menilai tingkat kerusakan lingkungan atau hutan. Penelitian burung sendiri di kawasan Nusa Dua sudah dilakukan beberapa tahun silam, antara bulan Januari 1999 sampai tiga tahun berikutnya jakni bulan Januari 2002.
Menurut Jurnal Elektronik Universitas Udayana Bali, mencatat pada penelitian tersebut ternyata berhasil diamati berbagai jenis burung yang hidup di kawasan itu dimana keberadaannya sangat mendukung pengembangan atraksi ekowisata pengamatan burung. Kesimpulan tersebut diambil para peneliti Unud dengan sandaran fakta bahwa 83 jenis burung ditemukan di kawasan ini.
Dalam persentasi angka tersebut mencapai 27 persen dari total spesies burung yang ada di Pulau Bali. Burung-burung itu banyak tinggal di daerah Lagoon. Burung yang ada di Nusa Dua sebagian besar merupakan burung non-migran yang jumlahnya mencapai 87 persen. Sementara burung migran sebanyak 13 persen dan burung endemik Indonesia sebanyak 6 persen.
Di luar Nusa Dua kawasan yang strategis untuk menjadi lahan konservasi burung dan dapat dikembangkan menjadi tempat wisata adalah sekitar Bedugul Bali bagian tengah. Objek yang mendukung lokasi ini adalah Kebun Raya Ekakatya, Danau Beratan, Danau Buyan dan Tambingan. Selain itu daerah Karangasem di Bali Timur yang banyak disinggahi burung-burung migran pemangsa seperti elang.
Atau Taman Nasional Bali Barat yang menjadi lahan konservasi jalak Bali ( culik Bali ) yang nyaris punah itu. Bila semakin banyak daerah di Bali dikembangkan sebagai habitat burung , liburan kita ke Bali makin variatip saja. Selain Anda dapat mengunjungi Penelokan di Kintamani sambil menikmati hamparan Danau Batur di mana di seberang danau tinggal Masyarakat Adat Bali Trunyan sebagaimana prolog postingan ini, Anda pun dapat melihat penangkaran burung Jalak Bali di Ubud.
Sumber : Inspiratorial Kompas ( diedit ) / Foto : Andry Khusnul/Dimas Ardian.
0 komentar