Beberapa hari lalu saya sehat dengan reiki sengaja
keluar rumah menggunakan angkutan umum. Sudah bisa diduga bahwa Senin
pagi 9 Juli 2012 adalah sama dengan Senin sebelumnya, yaitu lalu lintas
pasti padat merayap di awal minggu saat aktivitas warga ibukota dan
daerah penyangga seperti Tangerang sama-sama keluar rumah untuk
bekerja. Dan Senin pagi yang ramai itu saya sudah berdiri di dalam
angkutan umum metromini yang akan menghantarkan saya untuk suatu
keperluan di Pasar Majestik.
Dalam
suasana padat penumpang di pagi yang cerah itu, laju kendaraan
metromini amat lambat karena padatnya jalanan yang dilaluinya. Laju
kendaraan terkadang cepat saat jalanan di depan sedikit lengang dan
terkadang merambat tatkala di jalan di depannya penuh dengan kendaraan
yang berhenti karena lampu pengatur lalulintas sedang menyala merah.
Pagi itu pak sopir mengemudikan kendaraannya sekaligus merangkap menjadi
kondektur yang menarik uang dari para penumpang.
Begitu
penuhnya uang kertas recehan dua ribuan dalam genggaman tatkala dia
menarik ongkos ke masing-masing penumpang. Dengan sigap dia minta
permisi ke penumpang di depannya saat ingin menarik ongkos. Dalam
sekejap semua penumpang sudah ditarik ongkosnya dan tangannya penuh
dengan recehan uang kertas dua ribuan. Ya uang dua ribuan adalah ongkos
jauh dekat rute perjalanan antara Tangerang ke Blok M.
Sesaat
kendaraan yang saya tumpangi mulai melaju kembali menembus kemacetan
lalu lintas di depan Pasar Cipulir menjelang masuk wilayah Jakarta
Selatan. Dalam kepadatan penumpang dan udara begitu gerah, ada seorang
mahasiswi sebuah perguruan tinggi yang duduk di bangku nomer dua dari
pintu depan metromini mulai mengeluarkan iPad generasi barunya.
Tangannya dengan cekatan lalu memencet keyword visual di layar iPadnya
dan saat itu juga dia sudah terhubung dengan jaringan internet lewat
perangkat wifi di iPadnya.
Saya
dalam kondisi berdiri hingga tujuan akhir mulai berpikir. Dalam jaman
yang serba cepat mengikuti perkembangan dunia teknologi informatika di
mana semua orang bisa satu sama lain terhubung dalam jaringan global
internet, kenapa saya tidak memanfaatkan situasi dalam kendaraan saat
itu juga mencoba mengakses bukan internet, akan tetapi mengakses energi
reiki untuk saya salurkan ke diri sendiri dalam perjalanan pagi itu?
Kenapa harus saya lakukan hal ini?
Karena
saya sadar bahwa perjalanan pagi itu cukup melelahkan sehingga membuat
stamina terkadang lemah karena lama berdiri dalam metromini. Selain
lelah mata juga dalam kondisi mengantuk dalam kepadatan penumpang di
tengah macetnya lalu lintas Jakarta. Dalam sekejap aliran reiki sudah
masuk lewat chakra mahkota lalu mengalir ke bagian tubuh yang saya
kehendaki, yaitu organ mata, kepala, tubuh dan kedua lutut berikut
tungkai kaki yang sudah mulai pegal.
Keadaan
saya saat itu, satu tangan memegang besi di bawah atap metromini, satu
tangan lainnya memegang ujung bangku penumpang di depan saya. Energi
reiki terus mengalir sekali pun kedua telapak tangan saya tidak menempel
ke tubuh. Bagaimana bisa menempel ke tubuh jika kondisi darurat tidak
memungkinkan dan akan terlihat lucu jika dalam keramaian di dalam
angkutan umum, kedua telapak tangan grayangan ke tubuh sendiri.
Reiki
tetap terakses dengan baik saat diniatkan mengalir ke bagian organ
tubuh yang ingin disalurkan reiki. Sementara sang mahasiswi saya lihat
masih mengakses internet lewat iPad yang dipangkunya. Tak terasa
kurang lebih setengah jam saya mengakses energi reiki untuk saya
salurkan ke diri sendiri, akhir perjalan pun tiba dan kaki pun menjejak
bumi kembali sebagai tanda saya melakukan grounding untuk membuang
kelebihan energi reiki yang masih bersirkulasi dalam tubuh.
Saya
melangkah keluar dari metromini dan meng-off kan reiki agar berhenti
saat itu juga. Reiki pun dengan patuh berhenti mengikuti instruksi saya
lewat affirmasi yang saya ucapkan pelan. Jadi jika Anda sering mengalami
hal-hal seperti yang saya ceritakan dan kebetulan menjadi praktisi
reiki, manfaatkan waktu luang baik di rumah atau perjalanan untuk
memanfaatkan reiki untuk keperluan khusus, misalnya mengurangi rasa
lelah, ngantuk, pegal angggota tubuh karena penat dalam perjalanan, agar
mengalir dengan lembut merasuki sel-sel tubuh membuat tubuh tetap bugar
dalam suasana darurat.
0 komentar