Ilmu matematika erat kaitannya dengan pengukuran bumi. Hal itu dinyatakan oleh ilmuwan Yunani, Erathosthenes yang lahir sekitar 276 SM di Cyrene, Libya. Dia merupakan akademisi yang luas pengetahuannya dan selama bertahun-tahun belajar di Athena sebelum menjadi kepala perpustakaan di Alexandria tahun 240 SM.
Sebagai ahli matematika, Erathosthenes terpesona oleh bilangan prima dan sejumlah karyanya mengenai hal itu sampai saat ini terus dipelajari oleh siswa sekolah yang belajar matematika. Namun dari semua karyanya itu pencapaian spektakuler adalah terkait pengukuran bumi. Sebagaimana dilansir oleh GeoWeek lalu diteruskan oleh Kompas, Erathosthenes membuat pengukuran yang akurat mengenai panjang keliling bumi dengan cara membandingkan bayangan matahari pada siang hari di sebuah perigi di Syene ( Aswan ) dan sebuah obelisk di Alexandria.
Hasil pengukuran menunjukkan jarak 40.234 kilometer, hanya terpaut selisih 159 kilometer dengan pengukuran modern di ekuator ( 40.074 kilometer ). Dia menghitung jarak Matahari dan Bulan melalui pengamatan pada saat gerhana bulan dan ternyata membuahkan ukuran kemiringan poros Bumi yang akurat. Dia juga memetakan Sungai Nil dari laut ke Khartoum ( Sudan ) termasuk dua cabangnya di Etiopia dan secara tepat menetapkan bahwa danau-danau merupakan sumber air bagi sungai tersebut.
Ia juga mempelajari sumber banjir sepanjang aliran Sungai Nil dan menyebutkan alasan kultural ataupun perpecahan etnis di wilayah yang saat ini disebut Yaman serta memperkenalkan konsep zona iklim. Kontribusi yang besar terhadap bidang geografi membuat Erathosthenes pantas digelari Bapak Geografi. Apalagi sejilid buku komprehensif mengenai bumi yang dipublikasikannya pertama kali menggunakan istilah Yunani yang secara harafiah berarti menulis tentang bumi, yaitu Geografi sebagaimana kita kenal dalam pelajaran Ilmu Bumi.
Sumber : GeoWeek.
0 komentar