Setiap
ibu muda yang baru saja melahirkan tentu akan menjaga agar ASI miliknya
tetap lancar untuk diberikan kepada buah hatinya. Untuk itu Pekan ASI
Sedunia yang diadakan pada tanggal 1 - 7 Agustus 2012 lalu selalu
mengingatkan masyarakat Indonesia tentang pentingnya ASI. Kegiatan ini
terus diadakan karena tingkat pemberian ASI ekslusif secara global masih
37 persen.
Organisasi
Kesehatan Dunia ( WHO ) menargetkan 50 persen bayi di bawah usia enam
bulan harus sudah mendapatkan ASI eksklusif pada tahun 2025. Tak hanya
Pekan ASI Sedunia yang menjadi alarm bagi masyarakat Indonesia, tetapi
juga PP No. 33/201 2 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Peraturan
Pemerintah yang telah disahkan pada 1 Maret 2012 ini menjadi peringatan
bahwa semua pihak harus mendukung ibu menyusui.
Inisiasi
menyusui dini yang dilakukan kurang dari satu jam setelah bayi lahir
pun hanya berkisar 29,3 persen. Minimnya persentase bayi yang mendapat
ASI eksklusif bisa jadi salah satu dampak rendahnya tingkat kesadaran
pentingnya ASI sebagai sumber nutrisi buat bayi. Menurut Buku Panduan
Manajemen Laktasi ( 2001 ) yang dikeluarkan Direktorat Gizi Masyarakat
Depkes RI, terdapat beberapa manfaat ASI yang dilihat dari aspek gizi.
ASI
mengandung berbagai enzim dan gizi berkualitas tinggi yang berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan buah hati. Di antaranya
adalah taurin, docosahexanoid acid ( DHA ) dan arachidonic acid ( AA ).
Taurin merupakan sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI,
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan dapat membantu proses maturasi
sel otak.
Sementara
itu, DHA dan AA merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang (
polyunsaturated fatty acids ) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel
otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukup untuk
menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Penelitian menunjukkan, IQ
pada bayi yang diberi ASI memiliki 4,3 poin lebih tinggi pada usia 18
bulan dibandingkan dengan bayi yang tidak mengonsumsi ASI.
Komposisi
enzim dan gizi yang seimbang menjadikan ASI sebagai asupan yang unggul
dibandingkan produk susu apa pun. Bahkan, menjadi tumpuan awal untuk
menjaga keberlangsungan hidup bayi. Tentu saja manfaat lain dari ASI
dapat dilihat dari berbagi aspek.
Mulai
dari aspek imunologis, ASI mengandung zat anti-infeksi, bersih dan
bebas kontaminasi. Terdapat pula laktoferin, sejenis protein yang
menjadi komponen zat kekebalan dan berfungsi untuk mengikat zat besi di
saluran perncernaan. Aspek lain yang tidak dapat diabaikan adalah aspek
psikologis dengan adanya pengaruh kontak langsung ibu dan bayinya.
Ikatan
kasih sayang akan terbentuk karena berbagai rangsangan, seperti
sentuhan kulit ( skin to skin contact ). Bayi akan merasa aman dan puas
karena merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengarkan denyut jantung
ibu yang sudah dikenal sejak masih di dalam rahim. Sentra Laktasi
Indonesia memaparkan beberapa tahap dalam pemberian ASI yang tepat.
Tahap
pertama dimulai dari inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif
hingga bayi berumur enam bulan. Lalu, pemberian makanan pendamping ASI
setelah bayi berumur enam bulan yang dibuat sendiri. Mengusahakan terus
menyusui bayinya hingga berumur dua tahun ( Kompas, 2 Mei 2012 ).
Penelitian
Universitas Illinois menunjukkan, oligosakarida pada ASI dalam usus
bayi memproduksi rantai pendek asam lemak yang memberi makan populasi
mikroba yang menguntungkan. Dalam jangka pendek, bakteri baik akan
melindungi bayi dari bakteri jahat dan sistem kekebalan tubuh akan
diperkuat dalam jangka panjang.
Melihat
urgensi ASI terhadap keberlangsungan hidup bayi, kini para ibu dituntut
untuk menjaga kualitas ASI. Upaya yang dapat dilakukan adalah
mengonsumsi makanan dan minuman yang mampu mendukung kebutuhan gizi
sejak persiapan kehamilan. Asupan gizi yang seimbang dan sesuai
kebutuhan akan meningkatkan kesehatan ibu dan janin, serta mengurangi
risiko kecacatan pada janin.
Sumber : Kesehatan Akhir Pekan.
0 komentar