Kelangkaan
bahan bakar solar di tanah air dalam minggu ini sungguh memprihatinkan.
Banyak pengusaha otobis antar kota mengistirahatkan armadanya karena
tidak tersedianya bahan bakar solar untuk menjalankan armadanya. Dalam
siaran berita di televisi ataupun situs internet, terlihat antrian
kendaraan mengantri hingga 2 kilometer, menunggu SPBU kembali dibuka
menjual solar lagi.
Namun
kenyataannya solar tidak ada, entah raib kemana. Apakah solar sudah
tidak dijual lagi sehingga kendaraan yang semula menggunakan solar
sebagai bahan bakarnya harus berganti suku cadang yang bisa menampung
bensin sebagai bahan bakarnya. Kalau solar ada persediaan terbatas dan
pembeli juga dibatasi jumlah literannya dan harganya mahal.
Para
peneliti sukses memodifikasi genetika bakteri Escherichia coli (
E-coli ) sehingga bisa mengubah gula jadi solar. Adalah Profesor John
Love, ahli biologi dari University of Exeter, Inggris mengklaim ,
komposisi kimia bahan bakar yang dihasilkan E-coli temuan timnya itu,
sama persis solar yang dibutuhkan mesin modern.
Karena
itu tidak perlu dicampur bahan bakar fosil sebagaimana biofuel dari
tebu atau sawit. " Kami menyebutkan bio-fossil-fuels, " kata John Love.
Dia optimis temuan itu akan jadi solusi menipisnya bahan bakar fosil.
Tantangannya, bagaimana meningkatkan produktivitas E-coil yang
dimodifikasi itu.
( BBC/AIK/Yalun WP).
0 komentar