" Waktunya makan siang sudah tiba. Ayo segera kita pergi ke warung Yu Semi yang jualan pecel itu, agar kebagian tempat duduk," ujar sahabat kantorku, Mbak Rina siang tadi. Maklum lah warung pecel Yu Semi di kantorku sudah cukup dikenal oleh kalangan penikmat kuliner di kawasan Senayan. Pada jam makan siang, banyak pekerja dari kantor lain sering singgah ke warung ini. Jadi kalau tidak cepat datang ke warung, dijamin tidak kebagian tempat duduk dan harus rela berdiri sambil makan, itu pun kalau tidak malu dilihat teman.
Kebetulan kami sekantor hobi menyantap nasi pecel yang kalau bisa sehat dengan kundalini reiki jabarkan sebagai makan siang mengikuti perjalanan chi. Sedangkan sahabat ku tadi sekedar makan siang untuk mengatasi rasa lapar saja setelah bekerja setengah hari. Mengingat makan siang pada umumnya dilakukan sekitar pukul 12.00 s/d 15.00, maka chi yang bekerja saat sedang makan siang akan berada di usus kecil.
"Makan siang mengikuti perjalanan chi? Apa itu maksudnya? " sergah Mbak Rina yang sering mengeluhkan justru sehabis makan siang untuk kembali bekerja, badan tidak menjadi segar tetapi malah mengantuk berat. Padahal pekerjaan masih menumpuk dan harus segera diselesaikan sore hari ini juga sebelum bubaran kantor. Itulah gambaran tentang makan siang pekerja kantoran yang salah, karena mengikuti jadwal makan siang pada saat jam istirahat kerja pukul 12.oo hingga pukul 13.00.
Barangkali si Mbak Rina ini tidak pernah sarapan pagi sehingga saat makan siang tiba, semua makanan dia santap asalkan mengenyangkan. Makan siang sebagai balas dendam yang akhirnya perut menjadi kenyang, mblenger dan berkesudahan menjadi ngantuk saat akan mulai aktivitas setelah istirahat siang. Makan siang seperti ini justru memperberat kerja jantung karena organ vital ini sedang giat-giatnya bekerja. Akibatnya badan jadi lemes rasa kantuk pun menyerang.
" True taste is in the hearth, not on the tounge, " Gandhi says. Itulah sepenggal kalimat bijak dari Mahatma Gandhi, menganjurkan kita cara makan yang baik yaitu berdasarkan hati, dan bukan lidah semata. Hasilnya adalah keseimbangan fungsi organ tubuh dan kesehatan kita tentunya. Bagaimana sebenarnya pola makan yang selaras dengan kebutuhan tubuh dan jiwa kita... sahabat?
Orang tahu bahwa makan untuk menyambung hidup. Itu sudah jadi pengakuan setiap orang. Tetapi jika salah makan baik kelebihan atau kurang makan, justru bisa berakibat buruk, yakni mengundang penyakit. Salah makan itulah sebutannya. Itu istilah di masyarakat tentang makan, walau sebenarnya yang salah bukan makanannya, tapi pola makannya.
Kesalahan pola makan tidak lain merupakan muara dari pola hidup yang tidak sehat. Kerja keras berlebihan, tidak kenal waktu sekaligus tidak memperhatikan asupan makanan. Lebih ironis bagi kaum yang mapan berkelimpahan uang, sebentar-bentar mengonsumsi vitamin atau suplemen tertentu yang saat ini banyak beredar di pasaran. Hasilnya bukannya sehat tapi sakit.
Pola makan hidup sekarang termasuk pola makan, perlu penyesuaian agar tercipta keselarasan. Begitu anjuran simpatik dr. William Adi Tedja, TCM, MA dari Klinik Utomo Chinece Medical Center, Jakarta Barat. Sinse lulusan Shanghai China ini memberi gambaran berdasarkan teori pengobatan tradisional China, orang dulu selalu sarapan setelah melakukan aktivitas. Entah itu berkebun atau olahraga pagi hari.
Sebagaimana dia paparkan di Mind Body and Soul Intisari 3 yang ditulis oleh Bimo Wijoseno, mengatakan bahwa kebiasaan orang zaman sekarang langsung sarapan setelah bangun tidur dan mandi. Akibatnya proses metabolisme tubuh menjadi kacau. Efek yang dirasakan secara langsung setelah makan pagi bukan makanan menjadi energi, tapi justru dibuang alias murus-murus. Di pagi hari sekitar pukul 5.00 - 7.00 organ tubuh yang aktif bekerja maksimal adalah usus besar yang bertugas melakukan pembuangan sisa metabolisme tubuh yang terjadi malam harinya. ( bersambung )
Sumber : Mind Body and Soul Intisari Nomer 3 Tahun 2007 ( diedit ).
0 komentar