Selama lebih dari 40 tahun secara rutin setiap tanggal 22 April masyarakat dunia memperingati Hari Bumi. Peringatan ini bukan berisi pesta pora atau canda tawa, sebaliknya momen tersebut bisa menjadi titik untuk merealisasikan inisiatif bagi kelestarian bumi di masa mendatang. Ini lah sebuah gagasan untuk tujuan mencintai bumi agar terjaga kelestariannya.
Adanya hal ini berawal dari gagasan Senator Gaylord Nelson di Seattle, Amerika Serikat, Hari Bumi yang kemudian menular ke seantero dunia berhasil mendorong orang untuk mulai mengambil langkah bagi lingkungan. Dengan caranya masing-masing, tiap orang diharapkan dapat berkontribusi untuk menekan segala kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia terhadap lingkungan.
Masing-masing individu dalam lingkungan masyarakat boleh mengambil inisiatif sendiri-sendiri untuk mendukung gerakan cinta lingkungan, termasuk di lingkungan rumah atau dalam kegiatan sehari-hari di luar rumah, misalnya di areal perkantoran, taman kota maupun di lingkungan areal industri. Untuk itu mari kita tengok keluarga Budi yang begitu padat jadwal hariannya di luar rumah. Ia adalah tipe pekerja kantoran yang tiap hari harus bekerja ke luar rumah.
Budi menyadari bahwa tinggal di kota metropolitan menuntut hidup serba cepat dan seringkali dikejar waktu, membuat keluarga Budi selalu menginginkan semua serba cepat dan instan. Hal inilah yang membuat Marisa, sang istri untuk memenuhi kebutuhan hariannya terpaksa lebih banyak berbelanja makanan di luar rumah. Sementara karena kesibukan keduanya, mereka selalu memberikan anak-anaknya uang untuk jajan di sekolah.
Karena sering berbelanja membuat keluarga ini selalu membawa barang belanjaan dalam kantong plastik. Sementara wadah makanan cepat saji dari styrofoam kerap memenuhi tempat sampah di rumahnya. Untuk itulah dia cukup dibuat pusing dengan terus bertambahnya wadah makanan cepat saji itu dan belum tahu bagaimana cara memusnahkannya. Akhirnya Budi mendapatkan informasi bahwa satu orang rata-rata membuang dua kantong plastik dalam sehari.
Dapat dibayangkan bila dalam sebulah, Budi bisa menghasilkan sampah berupa kantong plastik sebanyak 60 buah. Jika dihitung dalam setahun, jumlah itu menjadi 720 buah. Sementara data kependudukan menunjukkan, penduduk Jakarta berjumlah sekitar sembilan juta jiwa. Maka dengan perhitungan kasar terdapat 6,5 miliar sampah plastik. Itu yang ada di Jakarta saja.
Yang lebih membuat ngeri adalah semua sampah plastik tersebut merupakan bahan beracun yang dapat merusak lingkungan karena tidak mudah hancur. Sebagai gambaran selain plastik tadi, styrofoam membutuhkan waktu lebih dari 500 tahun untuk terurai. Lalu bayangkan ada berapa banyak sampah styrofoam bekas wadah yang terbuang ke lingkungan?
Sambil membayangkan kerusakan yang bakal timbul terhadap lingkungan, diperlukan langkah nyata yang dapat dilakukan oleh masing-masing individu. Misalnya selalu membawa bekal dari rumah, yang selain mengurangi sampah plastik sekali pakai, makanan yang dimasak sendiri tentu akan terjamin kebersihannya. Jika ingin sekali-kali jajan di luar rumah, akan lebih baik untuk membawa wadah sendiri untuk mengurangi sampah plastik atau styrofoam.
Cara sederhana tadi bayangkan keluarga dengan dua anak dapat mengurangi sekitar 2.160 helai sampah plastik. Ini baru satu keluarga. Jika ada 1.000 keluarga yang melakukan hal sama, ini berarti akan terjadi pengurangan 2.160.000 buah sampah plastik dalam setahun. Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan sebagaimana diungkapkan dalam fitur klasika Kompas seputar inspiratorial hari bumi, salah satu cara yang efektif untuk mengurangi sampah ataupun limbah plastik dan kemasan sekali pakai adalah menerapkan prinsip reduce and reuse.
Reduce yaitu mengurangi pemakaian wadah sekali pakai dengan membawa wadah dari rumah untuk bekal makanan atau minuman. Atau saat membeli bahan makanan maupun makanan matang lebih baik membawa tas kain untuk menyimpannya. Sementara reuse adalah menggunakan wadah yang bisa digunakan berulang kali. Kalau tidak malu dan terkesan ndeso wadah dari besek sebagai produk tradisional buatan orang desa bisa digunakan untuk membungkus makanan. Selain aman dan bebas dari pencemaran bahan kimia, wadah makan yang terbuat dari besek ternyata masih eksis di jaman industraliasi ini.
Sumber : Inspiratorial Kompas.
0 komentar