Gempa berkekuatan 9,0 skala Richter yang baru-baru ini mengguncang Jepang bulan Maret 2011 lalu mengingatkan betapa planet bumi tempat kita hidup bisa sangat dinamis, bergerak yang ditandai dengan adanya gempa yang berpusat di dalam samudra atau pun di daratan. Seperti saat kita belajar ilmu bumi di sekolah rakyat dulu, mengatakan bahwa kerak bumi tidaklah solid atau kokoh.
Bukti tidak kokohnya kerak bumi tadi kita ibaratkan kerak bumi sebagai sebuah permainan papan puzzle yang terdiri atas puluhan puzzle berupa potongan-potongan yang mengapung, disebut lempeng tektonik. Lempeng-lempeng itu terus menerus saling dorong dan saling gesek, menimbulkan ribuan peristiwa seismik setiap harinya. Sebagian besar terabaikan dari pengamatan ahli gempa, sampai kemudian terjadi peristiwa besar, seperti gempa bumi yang lalu diikuti tsunami di Jepang, gempa di Aceh, Selandia Baru atau pun gempa di Haiti awal tahun 2010.
Wilayah yang paling aktif kegiatan tektoniknya di dunia adalah di sepanjang tepi lempeng Pasifik, yang merupakan sebuah lempeng tektonik masif yang meliputi sebagian besar Samudera Pasifik. Para ahli gempa bumi menyebutnya sebagai cincin api. Tepian lempeng Pasifik merupakan tempat bagi 75 persen gunung berapi aktif dan tidak aktif. Di wilayah ini pula sebagian besar gempa di dunia terjadi, 80 persen di antaranya adalah gempa bumi masif.
Gempa bumi dan tsunami yang telah meluluhlantakkan Jepang terjadi ketika bagian dari lempeng Pasifik mendorong lempeng Amerika Utara. Saat kedua lempeng dunia yang sangat dinamis ini saling bertabrakan, lempeng Amerika Utara terdorong ke atas, menggeser jumlah air samudra yang sangat besar yang kemudian menyebabkan tsunami.
Sekalipun aneh kedengarannya, ternyata separuh wilayah daratan di bagian utara Jepang, Honshu dan seluruh wilayah pulau di bagian utara Hokkaido, terletak di lempeng Amerika utara. Karena itu berdasarkan sudut pandang tektonik, boleh diartikan bahwa Jepang merupakan bagian wilayah dari Amerika Utara.
Sumber : GeoWeek.
0 komentar