Kelebihan
asupan kalori disimpan tubuh dalam bentuk lemak di bawah kulit dan di
perut. Lemak di perut paling berbahaya karena menutup beberapa organ
tubuh penting, seperti usus dan hati. Ada pun lemak di bawah kulit
mengurangi estetika.
"
Kelebihan lemak di perut memicu produksi zat tertentu yang meningkatkan
peradangan dalam tubuh. Dampak peradangan bertahan, " kata dosen luar
biasa Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (
FKUI ), Samuel Oetoro, di Jakarta ( 4/5 ).
Koordinator
Pelayanan Masyarakat Departemen Ilmu Gizi FKUI Inge Permadhi
mengatakan, lemak di perut tidak bisa dihilangkan dengan sedot lemak di
bawah kulit. Lemak di perut hanya dapat dihilangkan dengan meningkatkan
metabolisme tubuh. " Metabolisme tubuh hanya bisa ditingkatkan dengan
aktivitas fisik, " katanya.
Timbunan
lemak di perut menjadi salah satu penanda kelebihan berat badan. Jika
lingkar pinggang pria lebih dari 94 sentimeter, ditandai ukuran nomer
celana lebih dari 37, artinya ada timbunan lemak berlebih. Pada
perempuan, kelebihan lemak di perut ditandai dengan lingkar pinggang
lebih dari 80 sentimeter ( ukuran celana XL ).
Obesitas
kini menjadi persoalan global. Riset Kementerian Dasar 2010 menyebut,
prevalensi kelebihan berat badan pada penduduk di atas 18 tahun di
Indonesia mencapai 21,7 persen. Jika jumlah penduduk Indonesia 240 juta
jiwa, prevalensi itu sama dengan 52 juta orang atau setara dengan jumlah
gabungan penduduk Malaysia dan Australia.
Kasus
berat badan lebih banyak terjadi pada perempuan ( 26,9 persen )
dibandingkan laki-laki ( 16,3 persen ). Pada semua jenis kelamin, jumlah
kegemukan cenderung meningkat pada usia 35 tahun ke atas dan berkurang
pada usia 60 tahun.
( Sumber : MZW ).
0 komentar