Kotoran
ternak babi tentu orang ogah mendekatinya. Selain jijik juga disinyalir
banyak mengandung larva cacing pita. Selain kotorannya yang
menjijikkan, bau dari kandang babi yang tidak mengenakkan bagi hidung
orang yang tidak pilek, sudah menjadi masalah sendiri bagi kesehatan
lingkungan. Apalagi kalau kandang babi itu berada di lingkungan
perumahan padat, banyak warga yang tidak setuju akan keberadaan ternak
babi ini.
Kotoran
babi bagaimana pun sudah menjadi masalah besar bagi kebersihan
lingkungan, namun tidak demikian halnya dengan sebuah perusahaan
Australia yang menganggap kotoran babi sebagai berkah bagi bisnisnya.
Pasalnya tujuh ratus juta ekor babi menghasilkan banyak sekali masalah
mencakup timbunan kotoran babi yang mencapai 1,5 juta ton per tahun.
Agar masalah kotoran babi itu bisa dijadikan peluang bisnis, maka
perusahaan itu menawarkan solusi baru.
Biofuel
ini dapat digunakan sebagai energi untuk memasak dan memanaskan.
Ampasnya dapat digunakan oleh petani untuk pupuk. " Keuntungannya,
energi dan bahan bakar untuk petani ini mencegah pencemaran lingkungan
lebih jauh lagi, " ujar Ravi Naidu, pimpinan ilmuwan pada CRC Care. "
Boleh dibilang dari perspektif ini dapat disebut sebagai teknologi
hijau, " lanjut Naidu, Profesor pada Universitas South Australia kepada
Reuters di Sydney ( 3/5 ).
Untuk
merubah limbah babi menjadi biofuel, proses tersebut memerlukan sebuah
bioreaktor berukuran panjang 30 meter, tinggi 10 meter, dan lebar 4
meter. Alat tersebut diletakkan di bawah permukaan tanah. Limbah babi
perlahan dimasukkan ke dalamnya dalam suhu yang telah ditentukan. Proses
ini akan mengubah limbah solid menjadi biogas.
Proses
selanjutnya, biogas yang sudah terbentuk dipompakan melalui tangki gas.
Melalui tanki gas ini, biogas tersebut disalurkan ke komunitas
setempat. Seluruh proses memerlukan waktu satu bulan. Sistem ini telah
berhasil dilakukan di sebuah pertanian di Wuhan, China tengah.
Metode
ini membuat peneliti China dan Hongkong tertarik untuk menjalin kerja
sama. Harga satu bioreaktor mencapat 36.400 dollar AS atau sekitar Rp.
330 juta. Jika sudah diproduksi massal, harganya akan berkurang. Saat
ini China diperkirakan memiliki 700 juta ekor babi yang menghasilkan dua
pertiga konsumsi daging negeri itu tiap tahun. Hingga saat ini, hanya
sepersepuluh limbah babi yang digunakan untuk pupuk.
( Sumber : Reuters/JOE ).
0 komentar