Gunung
Uturuncu sebuah gunung berapi di Bolivia telah menyita perhatian para
ahli gunung berapi dalam beberapa tahun ini. Selama 20 tahun terakhir,
lereng yang panjangnya sekitar 64 kilometer itu semakin melebar sekitar 5
cm per tahun. Peningkatan itu kemungkinan disebabkan kamar magma yang
semakin membesar di bawah permukaan.
Dengan
adanya peningkatan lebar lereng gunung, bisa menjadi isyarat bahwa
ancaman letusan gunung mungkin segera terjadi. Gunung Uturuncu meletus
terakhir kali sekitar 300.000 tahun lalu. Berdasarkan skala waktu
geologis, percepatan inflasi selama 20 tahun tidak menjadikan aktivitas
gunung tersebut mencapai level kritis.
Hal ini tidak mengurangi kenyataan bahwa Gunung Uturuncu sedang berkembang menjadi supervolcano, yaitu gunung berapi dengan kekuatan masif. Satu dari tiga lusin supervolcano di dunia meletus setiap 100 tahun sekali seperti yang terjadi pada Gunung Api Toba di Sumatera yang meletus pada 74.000 tahun lalu. Berita buruknya jika salah satu dari supervolcano itu meletus, dampaknya sangat menghancurkan.
Contoh
letusan Gunung Api Toba menciptakan musim dingin vulcanik ( volcanic
winter ) yang berlangsung selama bertahun-tahun dan menyebabkan korban
jiwa di seluruh dunia. Para peneliti memperkirakan seandainya Uturuncu
meletus, letusannya akan 1.000 kali lebih kuat dibandingkan dengan
letusan Gunung St. Heles di Negara Bagian Washington.
Saat
ini hanya 10 supervolcano yang masih aktif dan kemungkinan terjadinya
erupsi dalam waktu dekat relatif kecil. Jika Uturuncu mencapai status
rock star dan dianggap sebagai supervolcano, Uturuncu berada di
lingkungan yang tepat, berhubung enam supervolcano lain berada di
Argentina, Bolivia, dan Cile. Bolivia memiliki 200 gunung berapi
meskipun yang masih aktif kurang dari 20 gunung.
Sumber : GeoWeek.
0 komentar