"
Tiap hari kamu main terus, kapan belajarnya, " keluh seorang ibu muda
ketika suatu sore yang cerah sepulang dari bekerja di kantor, dia
melihat anaknya pulang dalam keadaan belepotan lumpur menempel di
sepedanya. Orangtua selalu melihat anak bermain identik dengan kurangnya
waktu belajar. Padahal dengan bermain, anak berlajar banyak hal tentang
lingkungan sosial dan mengasah kepekaan akan arti sebuah persahabatan.
Latihan
fisik tadi minimum setengah jam sehari, dimana riset membuktikan anak
aktif akan tumbuh menjadi orang dewasa aktif. Ia beresiko lebih
rendah terserang penyakit jantung. Efek anak bermain dengan temannya,
akan mengasah kemampuan berbahasa lebih baik termasuk juga melatih
kerjasama dan kecerdasan interpesonal.
Bermain
positif memberi sumbangan terhadap kesehatan emosional. Imajinasi anak
dilatih sambil membayangkan dirinya seperti pahlawan Godam yang bisa
terbang dalam cerita komik karya Wied NS Jogja. Anak perempuan pun
berlatih menjadi koki dengan merajang-rajang gedebok anak pisang,
menimang boneka lalu menyuntiknya layaknya dokter cilik.
Anak
laki pun tak mau kalah dengan kegiatan anak perempuan. Ia mengambil
ember lalu memukulnya dengan gagang sapu, menirukan pemain musik yang
sedang bernyanyi di atas panggung. Dengan naluri seperti itu boleh
dikatakan masa bermain bagi anak adalah lumrah terjadi pada anak seusia 3
tahun ke atas.
Selain
bermain dengan anak sebayanya, orangtua juga menjadi partner bermain di
rumah. Selain mengawasi kegiatan anak, orangtua perlu juga menemani
anak saat belajar. Masuk dunia anak, orangtua pun akan teringat masa
kanak-kanaknya dulu, bagaimana dia diperlakukan oleh orangtuanya dan
sering dijewer kupingnya ketika namanya dipanggil tidak menyahut.
Saat
anak bermain dengan orangtuanya, biarkanlah dia mengarahkan orangtuanya
untuk tunduk dan patuh. Misalnya menjadikan anak sebagai jenderal
perang, sementara kita menjadi prajurit yang siap diperintah untuk
berperang. Jika hal ini sering dilakukan anak akan merasa diperhatikan,
ditemani dan dipenuhi kebutuhannya oleh orangtuanya.
Sekalipun
manfaat bermain anak menumbuhkan sisi positif untuk melatih
kecerdasannya, anak juga harus mengutamakan belajar di sore atau malam
hari. Jangan sampai keasyikan bermain di luar rumah, tugas sekolah
terbengkalai. Orangtua pun perlu berperan dalam membantu mencerdaskan
daya pikir anak , misalnya membantu memecahkan pekerjaan sekolah yang
harus digarap di rumah, misalnya pelajaran ilmu hitung atau matematika.
Sumber tulisan : Klasika Kesehatan Anak dan Ibu ( di-edit ).
0 komentar