Pemindaian
otak non-invasif seperti pencitraan resonansi magnetik memicu berbagai
temuan ilmu dasar tentang otak manusia. Namun, temuan-temuan itu hanya
terbatas pada dampak terhadap kehidupan sehari-hari di masyarakat. Studi
yang dipublikasikan dalam The Cell Press Journal Neuron, Rabu ( 7/1 ),
menunjukkan, pencitraan otak bisa membantu memprediksi perilaku terkait
kesehatan, perilaku kriminal, dan pembelajaran seseorang di masa depan
serta respons terhadap obat atau terapi perilaku.
Dr
John Gabrieli dari Massachusetts Institute of Technology di Cambridge,
AS, dan rekan mengbambarkan, kemampuan memprediksi dari pencitraan otak
itu melintasi keragaman perilaku di masa depan. Termasuk di sini
kemampuan bayi dalam hal membaca, kemampuan matematis siswa, kemungkinan
perilaku kriminal masa anak-anak menjadi penjahat kambuhan, penggunaan
alkohol dan obat-obatan berbahaya saat dewasa, serta lainnya.
"
Kami perlu memastikan pengetahuan perilaku di masa depan digunakan
untuk praktik edukasi dan medis secara personal. Tidak digunakan untuk
membatasi dukungan bagi individu dengan risiko lebih tinggi, " kata
Gabrieli.
Sumber : Kilas Iptek / Science Daily / EVY.
0 komentar