Sejumlah
negara di kawasan Indochina, seperti Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam,
dan Myanmar, mengonfirmasi resistensi artemisinin, obat utama malaria.
Kondisi itu dikhawatirkan menyebar glogal dan mempersulit upaya
mengatasi malaria. Resistensi obat malaria generasi pertama, klorokuin
muncul pertama di perbatasan Thailand-Kamboja sebelum menyebar ke Asia
dan Afrika.
Kini
ancaman resistensi artemisinis sebagai obat generasi kedua juga muncul
di wilayah itu dan mulai menyebar ke seluruh daratan Indochina. "
Artemisinin adalah obat malaria terbaik. Supaya manfaatnya terus
berlanjut, efektivitasnya harus dijaga dan dipertahankan, " kata Olivo
Miotto dari Unit Penelitian Tropika Mahdio Oxford ( MORU ) Thailand
kepada BBC, Senin ( 19/1 ). Analisis terhadap 1.612 sampel dari 15
lokasi di Asia dan Afrika menemukan resistensi terkait mutasi gen
parasit malaria yang disebut gen kelch13.
"
Jika pada penderita malaria tidak memiliki mutasi gen kelch13, ia tidak
akan mengalami resistensi, " kata Miotto. Selain kelch13, juga
ditemukan empat mutasi gen lain.
Kepala
program malaria di Institute Wellcome Trust Sanger, Inggris, Dominic
Kwiatkowski, mengatakan, risiko berkembangnya mutasi kelch13 kian besar
jika parasit malaria itu memiliki varian mutasi lainnya. Peneliti belum
memahami mengapa mutasi parasit malaria selalu terkait wilayah
perbatasan Thailand-Kamboja.
Sumber : Kilas Iptek / BBC / MZW.
0 komentar