Menjelang
festival musim gugur Chuseok di Korea Selatan, akhir pekan ini,
mendadak penjualan cetakan gips palsu melonjak di negeri Ginseng itu.
Gips palsu itu dipasang di tangan sehingga pemakainya terlihat sedang
menderita patah tulang atau luka parah lainnya. Tujuannya agar si
pemakai tak dilibatkan dalam acara masak memasak untuk santapan hari
raya tersebut.
"
Kami sudah menjual benda ini selama 10 tahun terakhir. Penjualannya
melonjak drastis sejak minggu lalu, " tutur seorang penjual cetakan
gips palsu yang enggan disebut namanya. Selama rangkaian festival
Chuseok tersebut, warga Korsel mendapat jatah libur tiga hari.
Hari
libur dimanfaatkan masyarakat untuk merayakan pesta syukur. Sudah
menjadi tradisi pula, hampir semua aktivitas memasak dan menyiapkan
berbagai sajian untuk upacara dilakukan kaum perempuan. Saat mereka
sibuk di dapur, kaum lelaki sibuk mengobrol, minum-minum, dan nonton
televisi bersama.
Tradisi yang bias jender ini membuat istilah sindrom menantu perempuan
populer di saat-saat ini. Banyak perempuan muda di Korsel mengalami
stres dan kelelahan setelah liburan. Agar terhindar dari stres setiap
kali perayaan Chuseok diadakan, terbersit ide cemerlang kaum perempuan
muda Korsel menyiasati keadaan.
Karena
itulah seorang pekerja kreatif merancang gips palsu cegah stres bagi
perempuan muda Korsel. Sekalipun saat ini kaum pria Korsel sudah
dilibatkan turun ke dapur dalam acara memasak, banyak di antaranya
mengeluh kecapaian dan ingin mentahnya saja, yaitu tinggal menikmati
masakan jadi. Akhirnya banyak kaum pria muda Korsel ikut-ikutan membeli
gips palsu alias bohong-bohongan.
Reuters / DHF.
0 komentar