Tato
sebagai coretan seni keindahan pada kulit manusia, tentu membuat
pemiliknya bangga jika mampu memelihara tato agar tidak luntur
dimakan usia. Namun siapa dapat menjamin ukiran tato tetap awet jika
pemilik tato telah meninggal dunia. Coretan tato pada kulit akan
mengelupas, hancur dimakan tanah saat jenazah sudah menyatu dengan
bumi.
Tato
pun hilang seiring hancurnya tubuh dimakan tanah dan tato tinggal
kenangan. Agar tato itu tetap ada dan bisa dinikmati generasi
berikutnya, saya ingin gambar tato di punggung saya tetap awet. Adakah
orang yang mau merawat tato saya, padahal saya tidak ingin jenasah saya
diawetkan layaknya mumi Firaun dalam sejarah Mesir Kuno ?
Bagi
Hirschfeld, seorang anak tunggal yang tidak punya keturunan, tato itu
sangat spesial dalam hidupnya. Pasalnya, tato itu bergambar potret
ibunya yang meninggal karena kanker, dua tahun silam. " Mereka sangat
berarti bagi kehidupan saya dan saya ingin membawa mereka ke mana pun
saya pergi, " katanya.
Beruntunglah Hirschfeld punya kenalan yang mau mengawetkan tatonya jika dirinya sudah meninggal. Ia pemilik Wall and Skin
Salon bernama Peter van der Helm yang tinggal di Amsterdam. Saat ini
Peter tengah merancang model bisnis pengawetan tato orang yang sudah
meninggal.
Teknis
pelaksanaan pengawetan tato dirancang, jika ada pemilik tato meninggal
dunia, seorang dokter akan mengambil kulit klien yang ada tatonya, lalu
mengawetkannya dengan cairan formalin. Selanjutnya kulit itu akan
dikirim ke laboratoriom untuk menjalani proses pengeringan selama 12
minggu sebelum siap dipajang. Peter van Helm mengaku hingga saat ini
sudah ada 30 klien yang siap diawetkan tatonya jika mereka kelak
meninggal dunia, termasuk Hirschfeld.
Untung
ada Peter yang mau membuka bisnis pengawetan tato, membuat Hirschfeld
tidak takut mati. Badan boleh hancur dimakan tanah, asalkan tato
kesayangan saya ada yang merawatnya. Hirschfeld saat ini sudah tenang
karena tato miliknya bakal ada yang mengoleksi.
Reuters.
0 komentar