Ini adalah catatan yang tercecer yang pernah menjadi sejarah pembuatan film 16 mm di media Televisi Republik Indonesia Senayan Jakarta. Perekaman suara film televisi saat itu mengenal 2 jenis perekaman suara, yakni single sistem dan double sistem. Televisi Republik Indonesia dekade 1962 hingga tahun 1997 dalam melaksanakan pembuatan mata acara siaran selalu menggunakan media seluloid 16 mm sekaligus perekaman suara film itu dalam format 1/4 inchi.
Dalam rekaman suara model single sistem, gambar dan suara direkam secara bersamaan oleh kamera film pada medium yang sama. Pada salah satu tepi film tersebut terdapat lapisan pita magnetik yang merupakan tempat suara direkam. Lapisan ini disebut magnetic strip berwarna coklat menempel di sisi film. Sedangkan camera film untuk merekam gambar sekaligus suara, mempunyai record head di dalam bodi camera.
Karena gambar yang direkam gerakannya terputus-putus (intermittent motion) sedangkan untuk suara diperlukan gerakan yang datar ( non intermittent atau flutter free motion ), maka harus ada jarak antara gambar dan suara sepanjang 28 frame yang merupakan jarak suara magnetis. Makanya dalam sebuah film televisi, suara mendahului gambar yang direkam sebanyak 28 frame, sesuai dengan jarak yang terdapat pada proyektor, sehingga antara gambar dan suara tetap serentak.
Dalam hal ini kameramen dibantu juru suara film atau asisten kameramen selain memperhatikan gambar yang direkam juga mengatur level suara melalui head phone. Tujuannya agar level meter untuk pengontrolan suara bisa dimonitor kerjanya, apakah suara sudah terekam dengan baik. Setelah perekaman gambar selesai, maka film diproses di laboratorium film dan hasilnya saat itu juga langsung disiarkan tanpa mengalami editing lebih dulu.
Umumnya rekaman gambar ini untuk katagori news atau berita yang sifatnya aktual dan segera disiarkan. Bila memerlukan editing dipergunakan sistem perekaman gambar double sistem. Perekaman suara double sistem cara kerja di lapangan tetap sama dengan single sistem, tetapi pengambilan suara dan gambar dilakukan terpisah.
Terpisah karena kameraman merekam gambar menggunakan kamera sendiri sedangkan juru suara merekam suara menggunakan tape yang disebut Nagra. Antara Nagra dan Kamera dihubungkan dengan kabel sincronisasi sehingga pada saat editing film, Editior Film akan menyerempakkan gerakan gambar dan suara sehingga menjadi sinkron ( lypsinch ). Dengan perekaman double sistem ini tentunya diperlukan peralatan lebih banyak bila dibandingkan sistem single sistem.
Selesai perekaman gambar dan suara di lokasi, film lalu di proses di laboratorium film sedangkan suara ditransfer dari format 1/4 inchi ke ukuran 16 mm. Setelah proses film di laboratoriom selesai, maka tahap mengedit film bisa dimulai. Editor film akan menyunting gambar sekaligus suara secara bersamaan atau terpisah.
Editor bekerja melipsingkan gerakan mulut pemain dengan suara yang diucapkannya. Dengan bantuan papan klaper proses sinkronisasi sedikit membantu saat menyunting film. Namun bagi Editor yang sudah berpengalaman, dia bisa membaca lipsinc gerakan mulut pemain apa yang dia ucapkan.
Dengan bantuan sinkronisasi di mesin editing maka gambar dan suara yang sudah klop itu lalu diedit. Bagian mana yang perlu dibuang dan mana yang perlu disambung dengan gambar berikutnya. Jadi proses editing film atau pun video sebenarnya memilah gambar dari not good pictures menjadi good and perfect pictures, agar gambar yang tidak perlu bisa dibuang atau dimasukkan ke file sampah.
Keuntungan antara merekam suara film metode single sistem dan double sistem :
Pada single sistem peralatan yang digunakan lebih sedikit. Hal ini berarti penghematan tenaga listrik, petugas serta perpindahan peralatan kerja lebih cepat. Hasil shooting dapat disiarkan lebih cepat. Selesai shooting tidak memerlukan proses suara karena pita suara sudah menyatu di film dan tidak memerlukan editing sehingga segera dapat disiarkan. Di samping itu juga tidak ada masalah penyerempakan gambar dan suara. Semua sudah menyatu di film.
Rekaman gambar menggunakan double sistem, hasil rekaman mutu suara lebih berkualitas. Ini disebabkan karena material ( pita ) yang digunakan pada double sistem lebih baik dibanding magnetic stripe pada single sistem, termasuk pula peralatan rekaman suara yang digunakan ( nagra ). Demikian pula saat editing, mutu rekaman suara bisa diperbaiki, termasuk saat mixing dan dubbing audio.
Editor film akan leluasa memotong dan menyambung suara dan gambar, secara sendiri-diri atau terpisah. Kunci berhasilnya merangkai gambar dan suara secara double sistem ini ditentukan oleh Editor Film. Karenanya seorang Editor Film bisa dikatakan Second Director in The Studio.
Apabila Anda saat ini sudah mahir menjadi editor elektronik dengan menggunakan video recorder, juga mahir mengedit dengan bantuan software Adobe Premier 6.0 atau 6.5 atau software terbaru editing di komputer, Anda akan melihat tampilan time line editing komputer tersebut persis sama dengan Editing 16 mm double sistem. Anda akan leluasa menaruh atau melepas shot-shot gambar dan suara di jalur video atau audio.
Tertarik menjadi editor elektronik dengan mengunakan komputer sebagai peralatan kerja? Saat ini kebutuhan mengedit gambar dan suara bisa dilakukan sendiri di rumah dan tidak perlu ke studio televisi tempat editing video selama ini dilakukan. Bagaimana dengan Anda?
0 komentar