Anda tentu pernah sakit gigi bukan? Rasa tidak nyaman karena gigi berlubang akan membuat kepala terasa senut-senut. Yang lebih menggemaskan karena sakit gigi, nafsu makan akan berkurang mengingat gigi sebagai alat untuk mengunyah makanan tidak berfungsi maksimal. Bahkan jika sakit gigi sudah mengarah pada bengkaknya gusi, rasa tidak enak pada kepala akan terasa sekali sakitnya.
Satu-satunya jalan adalah segera memeriksakan gigi ke dokter gigi. Jika diagnose sudah mengarah ke gigi berlubang, alternatifnya gigi harus ditambal atau dicabut kalau memang gigi itu sudah rusak. Masalahnya banyak pasien sakit gigi mengeluhkan rasa tidak nyaman saat proses pencabutan gigi. Padahal proses pencabutan gigi tentu disertai pembiusan lokal agar pasien merasa nyaman saat giginya dicabut.
Ketakutan berlebihan penderita gangguan gigi membuat pengobatan dokter gigi terhambat. Agar pasien lebih nyaman dengan tindakan medik yang dilakukan, sebagian dokter gigi memperkenalkan teknik hipnodontia, yaitu gabungan hipnosis dengan praktik kedokteran gigi. Lalu apa itu hipnosis ?
" Hipnosis merupakan cara berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar, tetapi justru pasien dalam tingkat kesadaran tertinggi, " kata dokter spesialis gigi bedah mulut dan master program neurolinguistik, Chairunnisa Amarta, saat meluncurkan buku Hypnodontia, Kamis ( 16/2 ) di Jakarta. Hipnosis yang dilakukan tidak membuat pasien tertidur seperti dalam acara hiburan di televisi. Pasien tetap sadar merasa lebih nyaman, tidak cemas dan tidak merasa sakit.
Gelombang otak yang dipancarkan pasien yang sedang dihipnosis berada antara gelombang alfa dan theta. Pada kondisi ini orang akan merasa seperti awal meditasi hingga meditasi mendalam. Saat tersadar dari hipnosis, otaknya memancarkan gelombang betha, yakni dalam kondisi sadar dan waspada.
Ketakutan saat berhubungan dengan dokter gigi ada sejak lama. Rendahnya kesadaran memelihara dan memeriksa gigi secara rutin membuat penderita datang ke dokter gigi dalam kondisi sudah parah. Chairunnisa mengakui, dengan penggabungan hipnosis dengan praktek kedokteran masih menimbulkan penolakan banyak kalangan medik. Hipnosis masih dianggap sebagai pseudosains ( ilmu semu ).
Padahal teknik ini sudah diterapkan untuk berbagai pengobatan dan tindakan operasi di beberapa rumah sakit di Belanda dan China. Konsultan dan master program neurolinguistik , Ronny F. Ronodirdjo mengatakan, Asosiasi Dokter Amerika ( AMA ) mendorong pernggunaan hipnosis untuk pengobatan sejak tahun 1958. Di Indonesia pemerintah perlu segera mengatur pemanfaatan hipnosis untuk menghindari penyalahgunaan hipnosis untuk tujuan kejahatan.
Pada manusia, mengetahui sesuatu tidak berarti membuat seseorang berubah karena ada penolakan dalam dirinya, seperti tetap merokok meski tahu itu berbahaya bagi kesehatan dan enggan berolah raga walau kegemukan. " Penolakan ini merupakan faktor kritis. Hipnosis merupakan proses untuk menembus faktor krisis hingga seseorang mau berubah, " kata Ronny.
Kini penggunaan hipnosis makin berkembang. Seperti untuk pengobatan ( hipnoterapi ), menghilangkan rasa sakit saat melahirkan. Juga sangat membantu menguruskan badan dan meningkatkan hubungan suami istri.
Sumber : Lingkungan dan Kesehatan Kompas /MZW.
0 komentar