Saat pelaksanaan shooting film dimana kamera yang berfungsi merekam gambar dan tape recorder ( nagra ) yang berfungsi merekam suara agar mempunyai kecepatan sama, diperlukan adanya crystal pilot syncronization yang berada di bodi kamera dan tape recorder ( nagra ). Alat ini diinstal pada kamera film yang dilengkapi crystal oscilator, berfungsi mengatur kecepatan kamera film supaya konstan saat sedang merekam gambar dan suara.
Crystal Oscillator ini menghasilkan frekwensi yang sangat tepat dan hanya mempunyai kesalahan sebesar 0,001%. Sedangkan tape recorder atau kita sebut saja Nagra dalam fungsinya merekam suara, juga dilengkapi dengan crystal oscillator untuk menghasilkan frekwensi 50 Hz. Untuk Amerika dan Kanada frekwensi crystal oscilator 60 Hz.
Tidak seperti kamera, maka crystal oscillator tidak berfungsi mengatur tape recorder akan tetapi signalnya direkamkan sebagai pilot signal. Pada saat transfer audio dari pita 1/4 inchi ke format 16 mm, maka kecepatan suara bisa diatur. Mengingat kecepatan magnetocord diatur oleh signal dari crystal oscillator tadi, maka kesalahan maksimum sinkronisasi yang mungkin terjadi dengan cara crystal pilot ini hanyalah sebesar 0,002% yang berarti satu gambar setiap 30 menit.
Dengan cara crystal pilot syncronization ini maka kamera film dan tape recorder alias nagra tidak perlu dihubungkan oleh kabel pilot, sehingga pergerakan antara Kamera dan Nagra lebih leluasa dalam satu areal shooting film. Maksudnya bila juru kamera menempatkan kamera dekat dengan obyeknya, misalnya ukuran gambar Close Up, maka juru suara dapat mengambil tempat sedikit berjauhan dengan obyek yang tengah dishot. Jadi kamera yang sedang on merekam gambar, signalnya memancar lalu ditangkap oleh signal penerima di alat perekam Nagra.
Peralatan perekam suara yang digunakan dalam shooting film, selain memiliki ciri-ciri tape recorder portable serta memiliki kualitas yang baik, maka tape ini juga harus dapat merekam pilot signal dari kamera ataupun dari tape itu sendiri. Nagra juga dilengkapi crystal oscillator selain level meter audio sehingga juru suara dapat melihat grafik gerakan suara yang sedang terekam signalnya.
Pada saat transfer pita suara hasil shooting dari format 1/4 inchi ke 16 mm, juru suara memilih hasil rekaman yang bagus saja ( OK ). Atau bisa juga mentransfer suara take 1 dan 2 sebagai pilihan bagi editor film saat menyunting gambar. Saat itu juga hasil rekaman suara yang jelek ( Not Good ) langsung disisihkan dan yang benar-benar Good saja yang ditransfer ke 16 mm.
Master suara film 1/4 inch tetap utuh dan work print pita suara 16 mm saja yang digunakan dalam editing film 16 mm. Seandainya work print ini hilang ketika editing, master recording 1/4 inch masih bisa ditransfer ulang kembali dan dijadikan bahan editing suara. Pekerjaan menyeleksi suara dari yang Not Good ke Good berdasarkan catatan yang dibuat oleh petugas script writer di lokasi shooting.
Setiap petugas film apakah itu asisten sutradara, juru rias, kameramen, juru suara atau pencatat adegan ( script writer ) pada saat pengambilan gambar, masing-masing membuat catatan-catatan penting jalannya shooting film. Asisten kameramen mencatat reel film yang sedang digunakan dan terlihat masih terpasang di bodi kamera film. Asisten juru suara mencatat rel pita berapa yang sedang terpasang di Nagra dan mencatat pula apakah lipsinch suara yang tengah direkam atau not lipsinch.
Take ke berapa suara diambil dan menentukan hasil rekaman Not Good atau Good dan melaporkannya kepada Sutradara ( Pengarah Acara ). Demikian pula pencatat adegan selalu mengingatkan Sutradara arah pandangan mata pemain ke kamera, disebut dengan istilah screen direction. Apakah mata pemain menghadap ke arah kanan lensa kamera atau ke kiri lensa kamera dan ukuran gambarnya apakah Close Up, Medium Close Up atau Longshot ( Panorama Scenery ).
Catatan ini penting untuk menentukan continuity ukuran gambar dari scene satu ke scene berikutnya mengingat saat shooting film adegan tidak harus direkam urut sesuai dengan scenario. Bisa jumping shot, jumping hari shooting bahkan detail kostum atau property sebagai pelengkap adegan pun perlu dicatat dengan cermat. Pencatat adegan dalam acara shooting untuk acara televisi biasanya dirangkap oleh Editor Film itu sendiri.
Itulah sekilas pekerjaan seniman film berkarya di lapangan. Dengan segala suka dukanya perjalanan shooting film menjadikan mereka akrab satu sama lain baik itu pemain dan kerabat kerja yang terlibat. Makanya tak mengherankan bila ada pemain yang bisa jatuh cinta ke lawan mainnya di film itu. Namun tak jarang juga terjadi cinta lokasi antara kerabat kerja produksi dengan pemain yang membintangi film tersebut. Selesai shooting selesai pula cinta lokasi. Atau jangan-jangan terjadi cinta continuity yang mengharu biru?
Sumber Gambar : Search Images Photography.
0 komentar