Pengambilan gambar dengan sistem play back saat penyanyi berakting merupakan kebalikan sistem dubbing. Pada metode ini suara penyanyi yang hendak direkam gambarnya direkam dulu suaranya di studio rekaman suara. Saat pengambilan gambar, suara penyanyi lalu di play-backan dan sang penyanyi tinggal membuat gerakan lipsinc dimulutnya agar sinkron dengan suara yang di play back lipsinchkan dari Nagra. Metode ini umumnya digunakan saat pengambilan gambar lagu ( video klip atau tari-tarian ).
Syarat agar lipsinch antara suara yang diplay back-kan dengan gambar yang diambil dengan kamera film, harus memenuhi syarat sinkronisasi antara kamera film dan perekam suara film yaitu Nagra. Secara teknis sebelum rekaman gambar dengan cara play back suara, maka produser kaset mengirimkan master suara penyanyi ini ke studio TV. Oleh juru suara maka pita master ini di transfer ke format 1/4 inchi yang sekaligus dibuatkan pilot sinkronizer pada pita itu.
Cara ini dapat diterangkan sebagai berikut. Pada waktu persiapan di studio televisi, hasil rekaman asli dari studio musik, baik berupa piringan hitam atau pita 1/4 inchi ditransfer melalui tape recorder 1 ( T 1 ) atau disc player ke magnetocord dengan sinkronisasi net power. Sementara itu pada tape recorder 2 juga direkamkan pilot signal berasal dari net power.
Pada saat shooting hasil rekaman T2 ( tape recorder 2 ) di studio berupa pita suara 1/4 inchi lalu di playback pada Nagra dan suaranya diperdengarkan pada loudspeaker. Syncronizer menerima pilot play back dari nagra dan kamera. Dengan membandingkan kedua signal, syncronizer menghasilkan signal pengaturan yang mengendalikan kecepatan T1 ( tape recorder 1 ) sehingga kedua signal pilot tadi sama frekwensi dan phasenya.
- Master sound lagu Heli sebelumnya direkam di studio rekaman suara, lalu pitanya dibawa ke studio televisi untuk ditransfer ke pita 1/4 inchi.
Ini berguna nantinya untuk pengerjaan sinkronisasi di editing film 16 mm antara kecepatan gambar dan suara agar klop, menyangkut lipsinch gerak bibir sang penyanyi. Selesai shooting maka pita induk 1/4 inch ( T 2 ) ditransfer ke dalam cord tape 16 mm untuk editing. Pada saat editing film maka pita suara 16 mm tidak dipotong-potong pitanya.
Di editing film ini juga gambar penyanyi dipotong dan disinkronkan gerakan bibirnya dengan bunyi yang keluar lewat pita suara 16 mm. Jadi pada saat shooting yang di play back kan adalah pita 1/4 inch pada Nagra. Penyanyi tinggal berakting menggerakkan bibirnya mengikuti irama lagu yang diperdengarkan melalui loudspeakers.
- Volume 1 lagu Chicha berjudul Helli, Si Paul, Turut Kata Mama da Papa, Jagung Bakar, Merpati, Satu + Satu, Ulang Tahun, Si Manis, Hop Titah, Adikku Yang Lucu.
Sekitar tahun 1975 TVRI Jakarta menggunakan acara iklan penyanyi ini untuk progam acara musiknya. Simak saja Chicha Koeswoyo dengan Helly nya, Ira Maya Puspa dengan Cinderelanya serta Koes Plus dengan lagu hitnya Muda-mudi. Hampir semua penyanyi dibuatkan video klip nya dengan materi film sebagai gambarnya. Sangat sederhana shootingnya juga mudah editingnya.
Berbeda dengan saat ini semua video klip menggunakan teknologi komputer dalam penyuntingan gambarnya. Semua gambar dapat dimanipulasi dengan komputer dengan cepat dan akurat. Sedangkan editing film saat itu sangat sederhana kerjanya. Pergantian gambar sebatas cut to cut tanpa efek transisi gambar yang njlimet. Namun hasilnya cukup baik dan layak disiarkan.
Nah barangkali Anda semua masih ingat penyanyi itu? Coba terka siapa saja, hayoo...
0 komentar