Sudah gagal menjadi negara pertama di era Perang Dingin yang menempatkan stasiun di Kutub Selatan, Uni Soviet yang tidak kekurangan akal berupaya membalas kekalahannya pada tahun 1957 dengan membangun Stasiun Vostok, sekitar 1300 kilometer di sebelah timur Kutub Selatan, masih di wilayah magnetis Kutub Selatan. Tidak seperti kutub-kutub geografis yang stasioner ( tidak berpindah ), kutub-kutub magnetis secara konstan berpindah.
Namun tahun 1974, radar survei milik tim peneliti Inggris mendeteksi ada susuatu di bawah lapisan es Danau Vostok. Menurut situs GeoWeek yang dilansir Kompas mengatakan karena tak yakin dengan dugaannya, para peneliti membiarkan persoalan itu sampai tahun 1991 ketika satelit menampakkan adanya danau air tawar di bawah Stasiun Vostok.
Danau Vostok berada sekitar 4000 meter di bawah lapisan es dan airnya kemungkinan mengandung organisme yang terisolasi dari dunia luar selama ratusan bahkan ribuan tahun. Danau ini juga merupakan danau air tawar terbesar ketiga di dunia, dengan kandungan air sebesar 15.600 kilometer persegi.
Sejak tahun 1998 sebuah proyek pengeboran kontroversial berlangsung di Danau Vostok. Sampel es dari proyek tersebut telah menghasilkan harta karun data iklim sejak 400.000 tahun lalu. Pada awal Pebruari beberapa hari sebelum berakhirnya musim panas di Antartika pada 6 Pebruari, para pekerja Rusia hanya tinggal 20 meter lagi untuk menyentuh permukaan air danau.
Sejumlah peneliti khawatir lobang pengeboran akan menjadi seperti geyser, yang membuat air melimpah tak terbendung lagi. Sementara sejumlah pihak lainnya khawatir 65 ton minyak tanah yang dialirkan ke lubang pengeboran untuk mencegah lubang itu membeku kembali, bisa mengontaminasi Danau Vostok yang selama ini merupakan wilayah tak tersentuh.
Akhirnya para peneliti Rusia yakin mereka dapat menghindari kedua hal yang sangat dikhawatirkan itu. Operasi pengeboran di Stasiun Vostok untuk sementara berhenti ketika musim panas berakhir. Dunia masih menunggu perkembangan hal ini sampai tahun mendatang. Kita tunggu saja hasilnya.
Sumber : GeoWeek.
0 komentar