Hidup
di bui sungguh merupakan siksaan. Itu barangkali gambaran dalam lagu
karya D'Lyod yang pernah tenar di era tahun 1970. Karena begitu
tersiksanya hidup di bui ada narapidana yang berusaha kabur keluar dari
penjara dengan berbagai cara. Ada yang berhasil lolos keluar penjara,
ada pula yang gagal alias tertangkap kembali dan kembali diborgol masuk
bui.
Pelarian
narapidana yang kabur keluar penjara tentu membutuhkan nyali besar
karena sipir penjara selalu mengawasi gerak-gerak setiap narapidana.
Untuk keluar dari sel tahanan saja memerlukan ide yang bisa membantu,
bagaimana caranya agar tubuh yang kerempeng atau gemuk bisa keluar dari
sel. Karena itulah narapidana yang berada di balik jeruji penjara,
selalu memutar otak bagaimana bisa melarikan diri dan jika berhasil
lolos, tentu saja ini merupakan ide yang menarik.
.
Dibantu
temannya sesama narapidana yang telah menyiapkan cara pelarian, Rafael
menanti hari yang pas untuk kabur. Ia merencanakan melarikan diri
melalui lubang di dinding yang telah dipersiapkan oleh temannya yang
lebih dulu kabur melarikan diri. Kini giliran Rafael yang berbadan
besar, botak dan bertato untuk kabur, setelah rekannya yang berbadan
kecil berhasil lolos dari lubang dinding penjara yang telah dibobol.
Ternyata
lubang yang dibuat untuk tempat meloloskan diri kurang besar bagi tubuh
Rafael. Tubuh Rafael yang tinggi dan besar cukup sulit melewati lubang
pembebasan diri. Dengan usaha keras, separuh tubuhnya telah meraih udara
kebebasan di luar tembok penjara, sementara pinggang dan kakinya masih
berada dalam penjara.
Dibantu
rekan-rekan Valadao di belakangnya yang terus mendorongnya, Valadao
malah meringis kesakitan. Ia pun tidak tahan dengan rasa sakit lalu
berteriak kuat-kuat. Sipir penjara di kota Ceres Brasilia ini pun
mendengar teriakan ini lalu mendekati Valadao. Valadao pun ditangkap
kembali dan sipir penjara pun tahu rencana pelarian Valadao.
Sirine
penjara pun meraung-raung pertanda ada yang tidak beres di lingkungan
penjara. Gagal sudah upaya Rafael keluar dari penjara. Sementara Rafael
meringis kesakitan, seorang rekannya sesama narapidana berhasil lolos
kabur keluar tembok penjara.
"
Tubuh Rafael terlalu besar dan sangat tinggi untuk lewat lubang sempit
tempat pelariannya, " ujar Letnan Tiago Costa soal Rafael Valadao yang
ingin kabur dari dalam penjara. Karena Rafael terus menggerang
kesakitan, akhirnya dia dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan. Hasil pemeriksaan, tulang rusuk Rafael patah. ( AP/Reuters )
0 komentar