Sabtu pagi ( 27/10 ) lingkungan tempat tinggal sehat dengan reiki kundalini baru
melaksanakan kurban secara bersama-sama. Adapun jenis hewan kurban ada 4
ekor sapi dan 4 ekor kambing yang mulai disembelih sejak pukul 6 dan
selesai pukul 9.30 pagi. Dengan bergotong royong bapak-bapak di
lingkungan memotong hewan kurban, sementara kaum ibu menyiapkan makanan
siang untuk para pekerja yang memotong, menguliti dan membagikan daging
kurban kepada yang berhak. Kami para ibu di lingkungan tempat tinggal
sudah membayangkan bakal masak apa dengan daging hewan kurban ini.
Ada
yang menjawab bakal masak sate kambing lengkap dengan gulai kambingnya.
Sedangkan yang alergi akan daging kambing karena kolesterolnya cukup
tinggi, cukup memilih daging sapi yang akan dimasak menjadi rendang,
gulai sapi ataupun masakan rawon dengan daging sapi sebagai pelengkap
sajian di meja makan. Kami para ibu yang hobi memasak sudah
membayangkan, bahwa daging sapi atau kambing yang mengandung unsur
protein akan memberikan sentuhan rasa tersendiri saat proses memasaknya
di dapur.
Kami sadar bahwa makanan saat menjalani proses dimasak, tidak hanya soal siapa yang memasaknya, tetapi juga proses makanan itu akan terbentuk menjadi bahan makanan siap saji. Karena itulah semenjak abad ke - 18 penggunaan metode sains untuk memahami sifat-sifat makanan mulai dipertimbangkan manfaatnya oleh Antoine-Laurent de Lavoisier, pendiri ilmu kimia modern. Barulah setengah abad kemudian, Brillat-Savarin melalui tulisan berjudul Physiology of Taste pada 1852 menemukan seni memasak makanan, bahwa untuk membuat makanan siap saji tidak soal memasak saja yang diperhatikan.
Selain
memasak yang juga dikaitkan dengan proses terjadinya makanan itu
terbentuk, ada hal lain yang tak kalah penting dalam memasak, yaitu
proses memasak dapat digambarkan dengan baik oleh ilmu kimia. Saat
bersatunya fisika dan kimia pada makanan yang diberi istilah gastronomi
molekuler ( molecular gastronomy, adalah terjadinya transformasi
fisiokimia dari bahan pangan selama proses memasak dan fenomena sensori
saat makanan itu dikonsumsi.
Jadi
gastronomi atau lebih lengkapnya cabang ilmu yang mempelajari
transformasi fisiokimiawi dari bahan pangan selama proses memasak. Ilmu
ini dicirikan dengan penggunaan metode ilmiah untuk memahami dan
mengendalikan perubahan molekuler, fisiokimiawi dan struktural yang
terjadi pada makanan pada tahap pembuatan dan saat dikonsumsi.
Kata
molekuler dalam gastronomi molekuler mengacu pada ilmu biologi
molekuler yang meninjau bahan-bahan masakan sampai tahap molekul. Contoh
dari metode ini adalah terciptanya rasa daging yang gurih pada saat
pemanasan dan karamelisasi oleh reaksi kimia kompleks yang disebut
reaksi Maillard, telur yang mengeras saat direbus karena reaksi kimia
pada molekul protein di dalam telur. Makanan yang menempel pada panci
saat memasak karena protein bereaksi secara kimiawi dengan logam pada
suhu tinggi.
Sumber : Ragam Gastronomi.
0 komentar