Pengunjuk rasa pro Kremlin dan para pendukung oposisi menggelar aksi demonstrasi secara bersamaan di ibukota Moskow, dua hari setelah peristiwa ledakan bom di jaringan kereta api metro Moskow. Namun aksi unjuk rasa yang menentang amandemen Undang-undang Perlindungan Kebebasan Berkumpul itu berakhir dengan bentrokan aparat kepolisian Rusia.
Pihak kepolisian Rusia menangkap 30 pengunjuk rasa menyusul bentrok dengan kelompok oposisi, saat berlangsung aksi demonstrasi anti pemerintah di ibukota Moskow. Para pendukung oposisi di sekitar lapangan Triumphalnaya menyerukan penangguhan rencana untuk mengamandemen konstitusi yang menjamin kebebasan berkumpul.
Sementara kelompok pro Kremlin 'Nashy' juga menggelar rapat umum untuk menandingi aksi unjuk rasa anti pemerintah. Salah seorang pengunjuk rasa anti Kremlin, Suren Idigarov mengungkapkan keinginannya untuk mempertahankan butir-butir konstitusi yang menjamin kebebasan berkumpul.
Di lain pihak para pekerja di Ibukota Moskow mengajukan keberatan atas berlangsungnya aksi unjuk rasa di tengah suasana berkabung menyusul aksi serangan bom di awal pekan ini. Sebelumnya pemimpin oposisi Boris Nestsov telah menyerukan penangguhan aksi unjuk rasa untuk menghormati para korban yang tewas akibat ledakan bom itu.
- Russian President Dmitry Medvedev lays flowers at the site of a terrorist blast at the Lubyanka metro station in Moscow on March 29, 2010. Two female suicide bombers blew themselves up on packed metro trains in Moscow on Monday, killing at least 38 people near the ex-KGB headquarters and Gorky Park, in attacks blamed on Islamists. AFP PHOTO / ARTYOM KOROTAYEV (Photo credit should read ARTYOM KOROTAYEV/AFP/Getty Images)
Sumber : Reuters - Protests in Rusia
0 komentar