Beberapa hari lalu sehat dengan reiki
mendapat e-mail dari teman sekerja yang mengabarkan bahwa hari itu
tidak bisa masuk kerja karena sakit pinggang. Berbagai usaha penyembuhan
sedang dilakukan tapi hasilnya nihil. Teman ini mengeluhkan boyoknya
sakit saat duduk berlama-lama di meja kerja karena seharian harus
menatap layar komputer untuk menyelesaikan pekerjaan. Maklumlah sejak
peralatan komputer dioperasikan untuk menunjang pekerjaan, berbarengan
itu pula keluhan penyakit pengguna komputer bermunculan.
Selain
keluhan di atas, teman tadi juga merasakan gejala nyeri leher, punggung
dan pinggang pun sering muncul setelah tiba di rumah. Saya sendiri juga
memaklumi kondisi ini karena tidak ada jalan lain untuk menyiasati
keluhan penyakit selain kita sendiri yang harus aktif mencari tahu
penyebab keluhan tersebut. Maklumlah sekarang ini kita dituntut bekerja
minimal 8 jam di kantor yang mengharuskan duduk berlama-lama sambil
menatap layar komputer yang sedang dioperasikan menyelesaikan pekerjaan.
Salah
satu gejala adalah nyeri pada sendi tulang punggung yang biasa
menyerang para pekerja yang duduk di kursi berjam-jam. Padatnya
pekerjaan yang terus menerus diselesaikan, mengharuskan kita enggan
meninggalkan kursi sekalipun jadwal makan siang sudah tiba. Ada sebagian
karyawan yang menggunakan waktu istirahatnya sambil makan siang tanpa
beranjak dari meja kerja.
Alasannya
sayang kalau pekerjaan yang masih tanggung ini terkatung-katung
sehingga perlu diselesaikan sambil makan siang. Padahal sudah jelas
duduk terlalu lama di kursi bisa menimbulkan berbagai penyakit. Ini
merujuk pada survei sindrom kursi pada penelitian di Australia yang
menemukan berbagai penyakit pekerja kantoran.
Survei
tersebut melibatkan 1000 pekerja di enam departemen pemerintah
Australia. Dari jumlah tersebut, 85 persen menghabiskan lebih dari
delapan jam sehari bekerja di kantor. Pekerja tersebut mengalami sakit
leher. Selain itu tiga perempat dari responden melaporkan, nyeri bahu
dan 70 persen lainnya melaporkan nyeri punggung.
Jadi
lengkap sudah hasil survei yang sebagian besar mengeluhkan datangnya
sakit yang berhubungan dengan rasa nyeri karena duduk berjam-jam.
Solusinya? Pekerja yang cerdik tidak mau diperbudak pekerjaan akan
berusaha menyeimbangkan kegiatan duduknya dengan melakukan olahraga
ringan. Misalnya, meninggalkan meja kerjanya untuk rehat sejenak keluar
kantor sambil berjalan di taman menghirup udara segar.
Mau
berolahraga ringan di saat jam kerja bisa mengendorkan syaraf mata yang
tegang karena terlalu lama melihat layar monitor komputer atau
televisi. Selain itu juga kita bisa melakukan olahraga ringan menuju
warung kantor sekalian melakukan ibadah siang. Dengan berjalan santai diharapkan
ketegangan pikiran karena lelah kerja bisa diatasi guna mendapatkan
energi baru buat menyelesaikan pekerjaan hingga jam kantor usai.
Penelitian
di University of Western Australia malah menemukan pekerja yang selama
sepuluh tahun bekerja duduk di depan komputer, beresiko dua kali lipat
terkena kanker usus. Penyebab adalah karena yang bersangkutan kurang
aktif bergerak dalam jangka waktu yang lama. Data dari British
Chiropractic Association menunjukkan duduk lebih dari sepuluh jam sehari
di depan komputer tanpa beranjak sama sekali, beresiko menyebabkan
sakit punggung.
Selain
sakit pada punggung, duduk terlalu lama mengakibatkan lingkar pinggang
lebih besar. Efeknya, tingkat kolesterol jahat meninggi. Hal ini terjadi
bagi mereka yang gemar makan camilan di meja kantor tanpa mau banyak
bergerak. Istilahnya orang ini demen ndekem, takut pekerjaannya
diserobot orang lain.
Lalu
adakah cara untuk menghilangkan trauma jika memang kita bekerja dan
mengharuskan duduk berjam-jam agar tidak terkena sindrom kursi dengan
datangnya penyakit sebagaimana dalam penelitian itu? Saya kira
tergantung kepada pekerjanya, maukah dia keluar dari jebakan agar
terhindar dari penyakit itu dan mencari tahu cara menepisnya. Jawaban
kita berikan kepada masing-masing pekerja.
Yang
menjadi pertanyaan, maukah dia mengubah kebiasaan lama yang kurang
aktif bergerak menjadi mau aktif bergerak, sekecil apapun bergeraknya,
asal tujuannya ingin sehat dan bugar. Jika Anda tetap malas untuk
berolahraga itu memang tekad Anda dan orang lain tidak bisa memaksa.
Pilihan ada di masing-masing orang dan siapa yang cerdas ingin tetap
sehat tentu sudah tahu caranya, bagaimana menjaga dirinya tetap sehat
dan bugar dalam hidup ini. Salam....
0 komentar