Bengawan Solo , riwayatmu kini, sungai yang mengalir jauh hingga wilayah Gresik Jawa Timur dan Jembatan Merah Surabaya, adalah dua lagu yang cukup populer di kalangan pencinta musik Keroncong. Kini pencipta lagu legendaris itu telah tiada meninggalkan semua ciptaannya dan telah berpulang ke Rahmattullah Kamis sore waktu Solo di RS PKU Muhamaddiyah Solo. Seniman gaek Pak Gesang Martohartono begitu orang menyapa dia , masuk rumah sakit sejak tanggal 12 Mei 2010 lalu. Menurut Ketua Tim Dokter Dr Suryo Adi Wibowo, Gesang meninggal pada pukul 18.10 WIB. “Kondisinya memang semakin drop semenjak setengah dua siang,” kata Suryo saat di temui di RS PKU Muhammdyah, Solo, Kamis (20/5/2010).
Selama dirawat di RS Pemerintah Kota Surakarta menanggung seluruh biaya perawatan Pak Gesang. Mengingat jasa beliau bagi Kota Solo yang dianggap sebagai tokoh yang memiliki jasa di bidang seni dan budaya dan telah melambungkan Solo sebagai kota Budaya ke mancanegara, maka Pemberian Kartu Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta ( PKMS ) katagori Gold diberikan kepada beliau selama dirawat. Kartu tersebut diberikan Gesang secara khusus. "Bapak Gesang merupakan pemegang kartu PKMS, kategori gold. Pemegang Kartu jenis ini biaya pengobatan yang akan ditanggung tidak terbatas," ujar Budi Suharto, Sekda Pemkot Solo.
Pemerintah Kota Surakarta mengambil kebijakan khusus untuk Pak Gesang dengan pertimbangan sebagai tokoh masyarakat Solo. Melalui karyanya " Bengawan Solo " beliau telah berjasa melambungkan kota Solo ke seluruh penjuru dunia lewat musik keroncong. Bahkan masyarakat Jepang sendiri telah mengundang Pak Gesang untuk tampil menyanyi di Jepang beberapa tahun lalu dan mendapatkan Bintang penghargaan dari Kaisar Akihito, Jepang ( 1992 ). Beliau juga mencipta Lagu/musik Seto Ohasi (diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang ( 1988 ).
Karena jasanya itulah maka pemberian kartu perawatan jenis Gold layak diberikan kepada beliau. Pihak keluarga yang diwakili Yani Effendi membenarkan bahwa selama Pak Gesang dirawat semua biaya perawatan ditanggung Pemkot Solo. Sejak dirawat beberapa hari di rumah sakit tersebut, kondisi kesehatan Gesang sempat membaik, bahkan sempat bisa berbicara. Namun, kondisi kesehatannya menurun sejak Kamis siang hingga mengembuskan napas terakhirnya. Gesang lahir dengan nama lengkap Gesang Martohartono di Solo, Jawa Tengah, 1 Oktober 1917. Ia sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Muhammadiyah, Solo (1929).
PERJALANAN KARIER :
Pekerjaan :
- Pemain orkes keroncong
- Penyanyi
- Pencipta Lagu
- Membantu perusahaan batik orang tua ( 1935 – 1941 )
- Pengusaha Warung ( 1941 – 1945 )
KARYA :
- Lagu/musik : Keroncong Tembok Besar
- Lagu/musik : Keroncong Piatu ( 1938 )
- Lagu/musik : Keroncong Roda dunia ( 1939 )
- Lagu/musik : Bengawan Solo ( 1940 )
- Lagu/musik : Saputangan ( 1941 )
- Lagu/musik : Tirtonadi ( 1942 )
- Lagu/musik : Keroncong Pemuda Dewasa ( 1942 )
- Lagu/musik : Dunia Berdamai ( 1942 )
- Lagu/musik : Jembatan Merah ( 1943 )
- Lagu/musik : Dongengan Jawa ( 1950 )
- Lagu/musik : Sebelum Aku Mati ( 1962 )
- Lagu/musik : Keroncong Bumi Emas Tanah Airku ( 1963 )
- Lagu/musik : Langgam Luntur ( 1970 )
- Lagu/musik : Seto Ohasi (diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang ( 1988 )
PENGHARGAAN :
- Piagam dari Komando Wilayah Pertahanan (Kowilhan) II ( 1976 )
- Piagam Hadiah Seni 1977 dari Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI (Mendikbud) ( 1977 )
- Penghargaan TVRI stasiun Yogyakarta ( 1978 )
- Piagam Penghargaan dari OISCA International Indonesia ( 1978 )
- Hadiah rumah Perumnas Palur dari Gubernur Jawa Tengah ( 1979 )
- Penghargaan PWI HUT XXXIX dan HUT VI Museum Pers Nasional ( 1985 )
- Penghargaan Walikota Surakarta, Dalam rangka Fespic Games IV ( 1986 )
- Bintang penghargaan dari Kaisar Akihito, Jepang ( 1992 )
- Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden RI ( 1992 ).
Selamat jalan Pak Gesang, semoga segala amal kebajikan yang telah Bapak perbuat mendapatkan balasan setimpal dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dalam menerima musibah ini. Kami....warga Solo dan tentu juga warga pencinta musik Keroncong yang ada di Indonesia dan mancanegara menghantar kepergian Bapak menghadap Sang Khalik dan beristirahatlah dengan tenang di Makam Keluarga Hastana Pracimaloyo Makamhaji Sukoharjo Jawa Tengah.
Sumber tulisan : Joglo Pos dan diedit seperlunya.
0 komentar