Mari rehat sejenak meninggalkan Jakarta yang semakin sumpek dengan mengalihkan perhatian sejenak ke kota sahabat sehat dengan kundalini reiki Sdr. Arief Wibisono yang tinggal di Gresik Jawa Timur. Kedatangan kami Rabu 14/04/2010 lalu selain ingin melihat Gresik sebagai kota yang menghasilkan semen untuk bahan bangunan rumah, juga ingin melihat peninggalan Mesjid Agung Gresik. Gresik mendapat sebutan kota wali, terkenal pula lukisan lampion karya Masmundari almarhumah yang begitu melegenda sejak dulu, ternyata kota ini diam-diam juga menghasilkan batik.
Geliat produksi batik paska penetapan hak paten oleh Unesco bahwa batik sebagai budaya asli Indonesia, semakin menggairahkan perajin batik lokal gaya pesisir utara Jawa Timur tepatnya di Gresik untuk membuat batik khas pesisir utara Jawa Timur. Ikon batik dengan motif lokal khas daerah pun seperti di Gresik ini pun bermunculan. Salah satunya adalah batik ndulit sisik bandeng khas Gresik.
Geliat batik ndulit sisik bandeng ternyata sudah dimulai lima bulan lalu. Usaha kecil menengah UKM ini dikelola oleh Siti Zainubah Budiarty atau akrab dipanggil Bu Arti. Lokasi pabrik batik mudah ditemui tepatnya di Jalan Magetan Kecamatan Kebomas, Kompleks Perumahan Gresik Kota Baru. Aktivitas produksi batik tidak pernah sepi dari pesanan seiring meningkatnya pesanan. Tidak itu saja selain pengakuan batik oleh Unesco terhadap batik lokal seperti batik Gresik ini, peminat batik mulai melirik motif khas budaya lokal seperti batik Gresik ini.
Yang menjadi ciri khas batik Gresik adalah motip sisik bandeng yang menjadi ikon baru batik lokal khas Gresik. Selain motipnya yang khas dan tetap mempertahankan nuansa tradisional, penggunaan pewarna alami tanpa bahan kimia dengan bahan alami dari daun jati, daun sirih, daun kenikir dan daun jambu pun dipergunakan untuk pewarnaan kain batik ini. Dengan pewarnaan alami ini maka batik ndulit yang dihasilkan pun lebih natural dengan corak khas sisik bandeng.
Dinamakan batik ndulit karena proses pewarnaannya dengan cara di dulit atau dioleskan dengan menggunakan kanvas dari batang rotan. Sementara inovasi penggunaan motif lokal sisik bandeng dan mahkota giri diambil karena Gresik merupakan salah satu sentra penghasil ikan bandeng yang sudah cukup lama dikenal masyarakat pesisir utara Jawa Timur khususnya warga Surabaya dan sekitarnya. Sama dengan produk batik lainnya, pembuatan batik ndulit sisik bandeng ini pun diawali dengan pembuatan desain di atas kain putih.
Dengan mengikuti alur coretan pensil di atas kain putih, pekerja batik lalu menorehkan malam atau lilin dengan menggunakan canting mengikuti pola batik sisik bandeng yang terlukis di kain putih. Selesai proses menyanting, tahap berikutnya adalah proses ndulit atau memberi warna motif desain dengan menggunakan kanvas dari rotan. Selesai proses ini kemudian dilanjutkan proses nembok dengan menggunakan malam atau lilin untuk menutup warna yang telah ditorehkan pada motif sisik bandeng.
Selanjutnya kain siap untuk memasuki proses pewarnaan total dan menghilangkan malam yang dicelupkan di dalam jambangan berisi air panas mendidih yang disebut dengan nglorot. Proses nglorot selesai lalu kain dicuci bersih kemudian diangin-anginkan di bawah atap rumah agar tidak terkena terpaan sinar matahari untuk menghindari warna tidak luntur dan tetap alami. Batik ndulit khas Gresik ini dijual dengan harga bervariasi. Mulai harga seratus dua puluh lima ribu rupiah sampai satu setengah juta rupiah tergantung kualitas kain yang digunakan.
Ternyata batik ndulit karya Bu Arty ini sudah mulai dipasarkan di beberapa kota antara lain Surabaya, Lamongan dan Malang. Di tengah kesuksesan memperkenalkan produk batik lokal khas daerah Gresik ini, demi kelangsungan usahanya sebagai usaha kecil menengah pihaknya berharap adanya dukungan modal dari pemerintah daerah setempat. Tidak itu saja promosi yang berkelanjutan pun dipermudah perizinannya baik lewat koran lokal Jawa Timur dan koran nasional. " Wah....kalau urusan promosi pun jangan takut Bu Arty...blog sehat dengan kundalini reiki ini pun menjadi ajang promosi gratis bagi usaha Anda."
0 komentar