Sejumlah bandara internasional di wilayah utara Eropa menunda sebagian jadwal penerbangannya setelah debu vulkanik dari letusan gunung berapi Islandia, mulai mengarah ke wilayah timur dan utara Eropa. Para ilmuwan sejauh ini masih meneliti gejala yang terjadi di dalam gunung berapi Eyjaf-Jalla-Jokull setelah debu vulkanik mulai berkurang namun guncangan masih terus terjadi.
Sejumlah bandara internasional Eropa yang ditutup diantaranya adalah Bandara Utama Finlandia, Vantaa di Helsinki. Sementara beberapa bandara di Norwegia dan Swedia menunda jadwal penerbangannya. Bandara utama Swedia, Arlanda dan Bandara Norwergia, Gardermoen sejauh ini masih beroperasi. Namun pihak otoritas penerbangan setempat masih terus memonitor perkembangan arah pergerakan debu vulkanik.
Pejabat otoritas penerbangan Norwegia telah menggelar pertemuan darurat setelah debu vulkanik mulai bergerak ke wilayah udara Norwegia dan mengancam operasional Bandara Gardermoen. Pihak otoritas penerbangan Denmark juga mulai membuka kembali jadwal penerbangannya namun Badan Meteorologi setempat memprediksi pergerakan debu vulkanik mulai mengarah ke wilayah udara Denmark. Letusan Gunung Eyjafjallajokull di Islandia menyemburkan abu vulkanik yang memusingkan, karena mengacaukan lalu lintas udara Eropa. Ribuan penumpang tertahan di bandara, perekonomian terganggu, barang-barang komoditas pertanian membusuk karena tak bisa dikirim.
Gunung berapi Eyjaf-Jalla-Jokull yang terletak sekitar 120 kilometer sebelah tenggara Reykjavik meletus selama sepekan terakhir menyebabkan terganggunya jalur penerbangan di wilayah udara Eropa. Peristiwa ini juga mengakibatkan beberapa negara terkena imbas. Abu vulkanik tebal yang menyelimuti awan membuat pernerbangan ditunda. Tentunya maskapai penerbangan dibeberapa negara mengalami kerugian.
Namun, menurut laman Wall Street Journal, Sabtu 24 April 2010 sebagaimana dirilis oleh vivanews.com dampak letusan Gunung Eyjafjallajökull tak sebanding dengan letusan Gunung Tambora di Sumbawa Indonesia. Pada 5 April 1815 sore, gunung berapi Tambora mulai bergemuruh dan 'batuk -batuk'. Kondisi ini terjadi dalam beberapa hari. Beberapa hari kemudian, pada 11 dan 12 April letusan Gunung Tambora mencapai klimaksnya. Gunung besar itu meletus, getarannya mengguncangkan bumi hingga jarak ratusan mil.
Selama lebih dari 10 hari kemudian, Tambora mengeluarkan 24 kubik mil (1 mil = 1,6 kilometer) lava dan bebatuan gunung. Saking dahsyatnya, di puncak Tambora tercipta kawah selebar tiga mil dan dalamnya hampir 1 mil. Lelehan lava panas, batu yang berterbangan, dan gas mematikan yang keluar dari perut Tambora saat itu menewaskan puluhan ribuan orang. Jutaan ton abu dan debu memenuhi udara, mengubah siang hari menjadi gelap gulita. Debu tebal menyelimuti wilayah kaki gunung dan bahkan Bali. Debu menutup semua vegetasi di Pulau Bali dan menyelimuti lautan. Sekitar 117.000 orang di wilayah yang dulu dikenal sebagai Hindia Belanda tewas. Banyak dari mereka terkena imbas letusan, jadi korban kelaparan dan penyakit.
Sumber : Reuters/Finland - Ash Report.
0 komentar