Hari Sabtu 25/2 kemaren sehat dengan reiki datang ke kantor kecamatan untuk mengurus pembuatan KTP Elektronik. Saat mendapat panggilan untuk masuk ke ruang pemotretan, petugas yang akan melayani pemotretan menanyakan identitas saya seraya meminta KTP lama dan mencocokan dengan data nomer induk keluarga yang sudah terin-put di layar komputer. Wawancara singkat berlangsung di ruang pemotretan, menanyakan nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, golongan darah, alamat, agama , status dan pekerjaan.
Setelah cocok dengan data di KTP lama termasuk juga nomer induk keluarga, mulailah proses pemotretan di mulai. Mula-mula petugas memotret wajah. Selanjutnya memotret kedua bola mata. Lalu memotret jap jari, tanda tangan dan selesai sudah proses memasukkan data berikut identitas visual berupa foto diri.
Namun di sela tanya jawab tadi, ada pemohon ktp elektronik lain yang mengalami kesulitan menjawab pertanyaan petugas menyangkut golongan darahnya. Hal ini terjadi karena si pemohon KTP selama ini belum tahu golongan darahnya itu apa. Banyak pemohon KTP lama dan sekarang ini migrasi ke KTP elektronik enggan memberikan indentitas golongan darahnya.
Karena untuk mendapatkan data akurat golongan darah harus melalui pemeriksaan golongan darah saat dirinya menjadi donor darah untuk pertama kalinya. Padahal untuk menjadi donor darah harus rela lengannya ditusuk jarum dan ujung jarinya dilukai dengan jarum mini untuk mengetahui HB dan golongan darahnya, apakah memenuhi syarat untuk diambil darahnya. Jika golongan darah sudah diketahui, maka data golongan darah tidak berubah selama hidup ini.
Data tidak akurat ini lah yang menjadikan proses administrasi agak lambat yang mengakibatkan antrian panjang mengular, karena petugas harus merevisi data agar cocok dengan data di KTP Elektronik. Kesalahan data sekecil apa pun harus dihindari agar dikemudian hari tidak menimbulkan masalah bila pemegang KTP hendak melakukan negoisasi dengan pihak lain, misalnya urusan dengan Bank yang memberikan pinjaman kredit.
Kesalahan data di KTP elektronik pun ternyata menimpa seorang pria berkebangsaan Amerika Serikat belum lama ini. Seorang pria warga South Carolina mengatakan kepada UPI ( 10/2 ), bank menolak permohonan kreditnya karena data perbankan menyatakan dia telah meninggal dunia. Pria itu bernama Arthur Livingstone adalah nasabah Bank of Amerika yang berprofesi sebagai Manajer Perusahaan Kimia.
Laporan ini juga disampaikan kepada tiga lembaga pemeringkat kredit sejak Mei 2009. Lelaki berusia 39 tahun itu menyatakan telah menemukan kesalahan status dirinya yang dibuat bank tersebut pada Oktober lalu. Kesalahan itu diketahui saat dirinya berupaya mendapatkan pinjaman untuk membeli rumah dari sebuah perusahaan pembiayaan perumahan.
Sejak saat itu, menurut Livingstone, Bank Of America belum mendapatkan solusi atas kesalahan tersebut. Perusahaan yang ditujunya tidak berhasil mendapatkan skor kredit yang merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan kredit. " Sungguh membuang-buang waktu saja, " ujar Livingstone. Juru bicara Bank Of Amerika mengatakan, bank tersebut sedang dalam proses menyelesaikan masalah tersebut.
Sumber : UPI/JOE.
Jika Anda suka dengan artikel ini silahkan [twitter-follow screen_name='arumsekar120' button_color='grey' show_screen_name='yes' show_count='yes'/]
0 komentar