Masalah hipnosis kembali menyeruak akhir-akhir ini. Banyak orang telah menjadi korban setelah diperdaya oleh pelaku yang menggunakan hipnosis. Biasanya pelaku menepuk pundak calon korbannya lalu menatap mata korbannya dengan tatapan mata tajam. Tak berapa lama korban berada dalam kekuasaannya karena pikiran rasionalnya telah dibungkam oleh kekuatan hipnosis pelaku. Seterusnya korban akan menuruti semua perintah pelaku tanpa sadar.
Banyak orang belum begitu faham cara kerja hipnosis dan apa sebenarnya hipnosis itu. Ada banyak pandangan yang beredar mengenai hipnosis. Barbara Stepp ( 2006) mengatakan bahwa pada masa lalu, hipnosis telah menjadi perbincangan yang buruk. Selama bertahun-tahun tertutup misteri, sesuatu yang berasal dari zaman kegelapan. Para penyihir dan dukun diduga memakai hipnosis dalam praktik ilmu hitam.
Menurut dr. Tb Erwin Kusuma, psikiater di Jakarta menyatakan, hipnosis acap kali dihubungkan dengan tindak kejahatan penipuan meski sesungguhnya hal itu bukan hipnosis, melainkan magnetisme. Hipnosis sebagaimana dijelaskan Agustine Dwiputri dalam rubrik Konsultasi Psikologi Kompas ( 26/2 ), menguraikan karena berada dalam pengaruh si pelaku, tanpa sadar korban pun menuruti kemauannya, seperti menyerahkan perhiasan atau uang.
Melalui sejarah panjang seorang psikiater muda bernama Milton Erickson mengembangkan teknik yang disebut sebagai percakapan hipnosis. Erickson berjuang untuk membawa hipnosis dari mistisisme ke arena medis. Pada tahun 1958, Asosiasi Medis akhirnya memutuskan bahwa hipnosis merupakan bentuk penanganan yang baru.
Pada saat Erickson meninggal dunia tahun 1980, hipnosis tak hanya diterima, tetapi metodenya juga dipandang dengan hormat dan dipelajari oleh para psikolog serta komunitas medis lainnya. Sekarang, kita menyadari bahwa hipnosis adalah kondisi mengendalikan pikiran kita sendiri. Hipnosis adalah keadaan relaksasi dan pada kesadaran yang meningkat.
Griffin ( 2005 ) mengatakan bahwa hipnosis adalah kondisi yang terjadi secara alami darin kesadaran yang diubah, di mana seseorang mampu menginternalisasi pikiran dan sugesi untuk tujuan menampilkan perubahan psikologis, fisik dan spiritual yang diinginkannya. Erickson sekali lagi menunjukkan bahwa pasien akan tetap menjadi pasien selama alam sadar dan alam bawah sadar mereka tidak berada dalam hubungan yang baik.
PROSES HIPNOSIS.
Menurut Griffin pikiran manusia terdiri atas pikiran sadar ( PS ) dan pikiran bawah sadar ( PBS ). Salah satu komponen PS adalah faktor kritikal disebut juga dengan faktor penalaran atau faktor analitikal. Setiap orang terlahir dengan PS ini tetapi biasanya baru berfungsi sekitar usia enam tahun.
Selama proses hipnosis, faktor kritikal ini di bypassed ( dilangkahi ), sehingga ada akses langsung ke PBS. Karena PBS tidak punya faktor kritikal, PBS mau menerima sugesti yang diberikan dalam hipnosis. Tentunya ini bisa terjadi dengan syarat seseorang ingin mendapat perubahan dan tidak bertentangan dengan moralitasnya.
Beberapa orang percaya bahwa semua sugesti diterima begitu saja oleh PBS, tetapi ada juga yang percaya bahwa PBS itu selektif. Bukti-bukti penelitian mendukung kedua hal tersebut. Faktor kritikal dapat di-bypassed apabila seseorang berada dalam kondisi sangat terfokus atau sangat relaks.
Sumber : Rubrik Konsultasi Psikologi oleh Agustine Dwiputri. ( bersambung ).
Semoga dengan artikel ini, para pembaca nantinya akan lebih memahami mengenai hipnosis lebih dalam dan betapa hipnosis sudah menjadi kambing hitam dalam dunia kriminal. Artikelnya mantap. Salam kenal dan salam sukses