El
Nino yang berlangsung sejak Maret hingga akhir tahun nanti diprediksi
yang terkuat selama lebih dari 10 tahun terakhir. Fenomena cuaca akibat
memanasnya suhu muka laut di khatulistiwa Samudra Pasifik bagian tengah
dan timur itu memicu kekeringan di sejumlah negara dan banjir di negara
lain. Selain berdampak pada ketersediaan pangan dan ekonomi sejumlah
negara, El Nino juga berdampak pada kehidupan berbagai satwa liar dan
ekosistem.
Seperti
dilaporkan dw.com, Jumat ( 31/7 ), kekeringan di Australia mengganggu
penangkaran penyu hijau dan perubahan populasi itik. Sementara itu, di
Kepulauan Galapagos, Ekuador, meningkatnya curah hujan menguntungkan
sejumlah spesies invasif, seperti semut api dan katak pohon. Kedatangan
sejumlah satwa pendatang juga mengancam keberlangsungan satwa asli,
terutama sejumlah burung laut seperti burung kaki biru alias Sula nebouxii, pelikan coklat, dan burung pergat yang kekurangan makanan dan bertelur sedikit.
Kurang
makanan juga dialami penguin galapagos dan burung pecuk. El Nino juga
memicu perubahan ekosistem laut. Meningkatnya suhu muka laut akan
memutihkan terumbu karang sehingga mengganggu keseimbangan populasi
spesies terumbu karang, serta menurunkan populasi fitoplankton yang akan
mengganggu rantai makanan di laut.
Sementara
itu, spesies yang bermigrasi seperti hiu akan bergerak lebih jauh ke
lepas pantai dan ke perairan dalam. El Nino juga memicu kuatnya
gelombang laut yang meningkatkan populasi bulu babi.
Sumber : Kilas Iptek / DW / MZW.
0 komentar