The Bridge on the River Kwai, film tentang Perang Dunia II yang dibuat tahun 1957 dan diadaptasi dari novel Perancis berjudul Le Pont de Riviere Kwai
karya Pierre Boulle, merupakan kisah fiksi. Sekalipun demikian kisah
ini tetap memiliki latar belakang sejarah. Meskipun tak ada sungai
bernama Kwai, juga tak ada jembatan yang dibuat dari kayu dan bambu oleh
para prajurit Inggris yang menjadi tahanan pada Perang Dunia II.
Kisah
itu berdasarkan pada pembangunan jalur kereta api sepanjang 415
kilometer antara Bangkok ( Thailand ) dan Rangoon ( Myanmar ) oleh
kekaisaran Jepang dengan memanfaatkan kerja paksa penduduk setempat.
Jalur kereta api ini melintasi jembatan yang berada di atas Sungai
Mekong dan beroperasi dari tahun 1943 sampai tahun 1947. Selain penduduk
setempat yang dipekerjakan paksa, lebih dari 180.000 warga sejumlah
negara di Asia dan 60.000 tahanan Sekutu, turut serta membangun jalur
kereta api maut tersebut.
Disebut
jalur kereta api maut karena kondisi pekerja yang membangun jalur
kereta itu banyak yang mati mengenaskan saat bekerja paksa. Kekejaman
tentara Jepang sebagai pemicunya saat mengawasi pembangunan jalur rel
kereta api, juga beratnya kerja fisik para pekerja paksa telah
menyebabkan tewasnya sekitar 90.000 warga asal Asia dan sekitar 12.000
tahanan Sekutu. Selain itu kondisi kehidupan yang ganas, kelaparan, dan
munculnya penyakit, turut memperburuk situasi para pekerja di tengah
tekanan tentara Jepang yang kejam tak manusiawi.
Menurut
situs Geo Week, karya seni yang dibuat sejumlah tahanan perang dengan
menggunakan kuas yang dibuat dari rambut, tisu, dan cat pewarna berasal
dari tumbuhan dan darah, memberikan gambaran tentang kondisi mengerikan
yang dialami para tahanan. Sejumlah lukisan digunakan dalam pengadilan
kejahatan perang setelah Perang Dunia II berakhir. Karya seni yang terus
abadi menggambarkan, bagaimana perang berdampak pada penyengsaraan
rakyat yang tak berdosa, ikut memikul derita karena dipaksa kerja rodi.
Sumber : Geo Week / Foto Colombia Picture.
0 komentar