Meski
jumlah karbon dioksida di atmosfer terus meningkat sejak 1999, kenaikan
suhu global justru melambat dari 0,12 derajat celcius per dekade pada
1998-2012. Teori hilangnya panas di lautan dianggap paling memungkinkan
menjelaskan kondisi itu, yaitu naiknya air dingin dari laut dalam ke
permukaan dan sebaliknya turunnya air hangat dari permukaan ke laut
dalam. JIka semula kondisi itu diperkirakan terjadi di Samudra Pasifik,
studi terbaru Ka-kit Tung dari Universitas Washington, AS dan tim
menyebutkan hal itu terjadi di Samudra Atlantik dan Antartika, bukan
Pasifik.
Panas
dari permukaan laut disimpan di bagian Atlantik kedalaman lebih dari
700 meter. Riset dilakukan dengan mengukur salinitas ( tingkat keasinan
air ). Arus air dari kawasan tropis di Atlantik jadi lebih asin sejak
2000 hingga 2006 karena besarnya penguapan. " Akibatnya air tenggelam
lebih cepat dan dalam serta membawa suhunya yang hangat, " kata Tung,
Kamis (21/8 ).
Air
hangat itu melelehkan es kutub. Lelahannya memperlambat arus dari
tropis, mengurangi salinitas, dan menjaga panas tetap di permukaan.
Sumber : BBC / MZW.
0 komentar