Hidup
rukun dengan tetangga menjadi dambaan setiap orang dimana pun dia
bertempat tinggal. Salah satu cara menjalin relasi harmonis dengan
tetangga adalah saling bertegur sapa satu sama lain. Cara ini cukup
ampuh untuk merekatkan ikatan sosial sesama penghuni rumah, sekali pun
tidak setiap hari bisa bersua lalu bertegur sapa, dikarenakan kesibukan
masing-masing penghuni rumah dalam sebuah kawasan tempat tinggal.
Untuk
itulah peranan Ketua Lingkungan terkecil dalam sebuah wilayah pemukiman
mutlak diperlukan. Orang awam menyebut Ketua Lingkungan adalah Pak RT
atau Bu RT jika yang menjabat sebagai ketua lingkungan adalah wanita.
Warga yang patuh pada aturan hidup bertetangga dalam sebuah rukun
tetangga akan dengan senang hati mematuhi peraturan yang dibuat oleh
ketua RT yang disyahkan oleh pejabat di atasnya, yaitu ketua RW.
Namun
rambut boleh hitam akan tetapi isi kepala atau pikiran setiap orang
cenderung berbeda dalam mensikapi masalah. Ada warga yang rajin datang
di setiap pertemuan warga, ada pula warga yang tidak mau bersosialisasi
datang ke pertemuan warga. Mereka berpendapat bertemu tetangga hanya
buang-buang waktu saja yang ujung-ujungnya akan terlibat gosip murahan.
Kalau
ada warga yang enggan datang di saat ada pertemuan warga, tentu mereka
bisa digolongkan sebagai pembangkang alias egois mau hidup sendiri tanpa
perlu bantuan tetangga. Kalau sudah begitu, apakah mereka bisa
mengatasi masalah, misalnya ada anggota keluarga yang sakit mendadak,
apa harus menghubungi keluarga lebih dulu yang jauh, daripada meminta
bantuan kepada tetangga di sekitarnya?
Tipe
orang egois tidak mau bersosialisasi dengan tetangga saat ini sedang
melanda warga Malmoe Swedia nun jauh dari Tanah Air Indonesia tercinta.
Di negeri empat musim inilah, orang Swedia semakin tidak peduli kepada
tetangganya. Jangankan berbincang-bincang tentang keseharian di
lingkungan tempat tinggalnya, misalnya berbicara masalah keamanan tempat
tinggal, memberi senyum tulus kepada tetangga pun ada yang enggan
melakukan.
Jika
berbicara akrab dengan tetangga saja sudah jarang dilakukan warga Malmo
Swedia, apalagi memberi senyum tulus, tentu memprihatinkan kondisi ini
bagi kelangsungan hidup harmonis bertetangga di Malmo Swedia. Melihat
situasi ini, sebuah perusahaan perumahan di Swedia melancarkan kampanye
senilai 137.000 dollar AS atau sekitar Rp. 1.3 miliar untuk menggugah
warga Swedia mau tersenyum dan menyapa tetangganya.
Kampanye senyum untuk tetangga berjudul Katakan Hai ini
diumumkan oleh perusahaan pengelola perumahan MKB di Malmo. Tujuan
kampanye ini dilakukan dengan menyebarkan brosur kepada para penyewa
rumah, agar mereka mau memulai pembicaraan pendek dengan tetangga saat
bertemu setiap hari.
Menurut
juru bicara MKB Margaretha Soderstrom, kampanye menggugah kesadaran
warga untuk mau saling bertegur sapa dengan tetangga sebenarnya tidak
selalu diperlukan setiap kali mereka bertemu di saat jam berangkat
kerja. " Terkadang cukup dengan seulas senyum manis di bibir saja,
ditambah anggukan kepala atau gerakan kecil lainnya, misalnya
melambaikan tangan, sudah cukup menjalin keakraban, " katanya. ( UPI
).
0 komentar