Kepulauan Admiralty terdiri dari 18 kepulauan vulkanik, atol-atol dan pulau-pulau kecil di barat daya Samudra Pasifik, sebelah utara Papua Nugini. Bersama dengan Inggris Baru ( New Britain ) dan Irlandia Baru ( New Ireland ), mereka membentuk Kepulauan Bismark. Para antropolog meyakini kepulauan tersebut mulai berpenghuni sekitar 40.000 tahun lalu ketika terjadi gelombang migrasi dari wilayah tenggara Asia, yang kemudian mendiami juga Benua Australia.
Menurut GeoWeek sebagaimana dilansir Kompas, kepulauan Admiralty didominasi Pulau Manus pulau terbesar yang membentuk rantai kepulauan sepanjang 2.100 kilometer persegi. Titik tertinggi Manus adalah 700 meter di atas permukaan laut. Sekitar 3.500 tahun lalu, budaya Lapita yang sudah menggunakan barang tembikar, rumah panggung dan memiliki binatang peliharaan seperti ayam, anjing dan babi berkembang di Kepulauan Admiralty.
Budaya Lapita kemudian bermigrasi ke Tonga dan Samoa sampai kemudian musnah sekitar 1.500 tahun kemudian. Kontak pertama kali bangsa Eropa dengan Kepulauan Admiralty terjadi tahun 1616 melalui petualang asal Belanda, Willem Schouten. Sejak tahun 1884 sampai 1914 sebagian wilayah itu merupakan koloni Jerman sampai pasukan Australia kemudian menguasai Manus pada perang Dunia I.
Sampai Perang Dunia II, pasukan Jepang menguasai kepulauan itu sampai pasukan sekutu mengambil alih kembali melalui serangan amfibi yang dikenal dengan nama Operasi Brewer. Seusai perang, kepulauan itu kembali berada di bawah pengawasan Australia sampai Papua Nugini meraih kemerdekaan tahun 1974. Hutan hujan di Kepulauan Admiralty merupakan hutan hujan yang tidak biasa dan hanya ditemukan di kepulauan itu. Di hutan itu terdapat sejumlah spesies yang terancam punah, baik tumbuh-tumbuhan, unggas maupun mamalia, termasuk kelelawar buah dan rubah terbang.
Sumber : GeoWeek.
0 komentar