Kamis siang di saat warga Jakarta yang ada urusan dengan mudik pulang kampung, sehat dengan kundalini reiki bersama kerabat kerja melangkahkan kendaraan dinas menuju Gedung Kementerian Departemen Perhubungan di Jalan Merdeka Barat Jakarta Pusat Kamis siang ( 09/9 ). Perjalanan kami lalui hanya 20 menit dari kantor di Senayan menuju lokasi yang di hari biasa tidak mungkin bisa dicapai dalam waktu 20 menit bahkan bisa 1 jam bila jalanan macet. Maklum di siang Kamis yang cerah itu lalu lintas sangat lengang hanya kendaraan satu dua serta angkutan umum bus melintas di jalanan.
Sungguh kami dalam perjalanan itu merasa nyaman dan berandai-andai jika jalanan selengang itu hanya bisa dinikmati di kurun waktu Jakarta tahun 1970-an. Saat itu tidak ada kemacetan berlebihan di hari kerja. Semua pengguna jalan taat dan mematuhi tertib berlalu lintas. Sepeda motor melaju tidak ugal-ugalan di jalurnya dan opelet yang melayani trayek Pasar Senen ke Jatinegara pulang pergi begitu tertib menunggu penumpang di depan setasiun Jatinegara tidak saling serobot menunggu penumpang yang turun dari kereta api.
Namun lamunan itu kembali buyar manakala membayangkan minggu depan saat masuk kerja kembali selepas liburan bersama, lalu lintas akan macet kembali. Jakarta akan kembali kepada rutinitas yang menjengkelkan bagi warganya. Macet di mana-mana, polusi kendaraan bermotor akan kembali menjadi-jadi dan ketentuan tree in one akan diberlakukan kembali di jalan protokol. Jadi dalam satu minggu menjelang lebaran hari ini, saya nikmati saja kebersamaan dalam kondisi setengah lengang jalanan saat pergi pulang kantor dengan perasaan santai tidak ada beban saat tiba di kantor.
Kita yang sudah biasa bermacet-macet menikmati saja apa adanya kondisi lalu lintas yang ada. Dalam kemacetan tiada lain yang bisa diperbuat adalah mengkondisikan diri dalam kondisi rileks sekalipun lalu lintas di sekitarnya saling serobot. Kalau sudah dalam kondisi rileks begini pikiran akhirnya melayang-layang membayangkan lalu lintas di kota-kota tempat tinggal sahabat sehat dengan kundalini reiki.
Kota Banyuwangi, Lumajang, Pamekasan, Klungkung, Banggai, Palu, Poso, Purwareja dan kota lain yang pernah dikunjungi saat meliput kegiatan, suasana kotanya masih lengang di saat jam kerja dan pulang kerja, sungguh nyaman dilalui saat beraktivitas kerja. Maklumlah kota itu adalah kota kabupaten dan kondisi fisik kotanya dikelilingi oleh perbukitan dan dataran rendah, udaranya pun masih segar untuk dihirup di pagi hari. Kegiatan gedung pemerintahan dan pusat perdagangan pun baru mulai jam 8 pagi di saat lalu lintas menuju tempat kerja masih tampak lengang.
Yang kita rindukan bersama semoga Jakarta yang semakin tua umurnya semakin memanusiawikan warganya, mulai dari yang tinggal di gedung apartemen mewah, perumahan wewah, perkampungan nyaman atau pun kumuh hingga saudara kita yang belum memiliki tempat tinggal dan masih hidup menggelandang, merasa aman dan nyaman dalam mencari nafkah. Rumah mewah ataupun setengah mewah, baik yang dimiliki orang berpangkat atau warga masyarakat biasa toh akan ditinggalkan dan tidak akan dibawa. Semua akan berpulang kembali kepada Sang Pencipta dengan mendiami kapling sempit 2 kali 3 meter, yang sewaktu-waktu bisa pula digusur layaknya rumah bagi orang yang masih hidup.
Jadi sebaik-baiknya pulang ke pangkuan Ilahi adalah membawa bekal untuk perjalanan jauh ini dengan bekal iman dan takwa sesuai dengan iman dan kepercayaan kita masing-masing dengan mematuhi seruannya dan menjauhi larangannya agar tidak mendapat murka nanti di hari pembalasan. Semoga puasa yang telah mendidik kita sebulan penuh kemaren implementasinya dalam 11 bulan ke depan dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat di manapun kita berada. Selamat Lebaran 1 Syawal 1431 Hijrah Mohon Maaf Lahir dan Bhatin.
0 komentar